Sukses Antar Kopi Kintamani Tembus Pasar Starbucks, Coop Coffee Jajaki Kopi Sembalun Lombok

Coop Coffee Indonesia mulai menjajaki potensi Kopi Sembalun, di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
CEO Coop Coffe Indonesia Reza Fabianus (berdiri) saat melakukan sosialisasi kepada petani kopi terkait syarat biji kopi bisa tembus pasar Starbucks, Jumat (26/1/2024). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Coop Coffee Indonesia mulai menjajaki potensi Kopi Sembalun, di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB), setelah sebelumnya sukses mengantar Kopi Kintamani Bali menembus pasar Starbucks.

Penjajakan ini berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKop UKM), dalam rangka memberdayakan petani tradisional menjadi petani professional.

“Sejak tahun 2015 lalu, saat itu saya masih di Kopnas (Koperasi Nasional) mendampingi para petani kopi Kintamani Bali, mulai dari edukasi pascapanen hingga pemasaran. Tentunya, kalau kita ingin tembus pasar dunia, maka perlu kita jaga kualitas kopi kita. Nah, kami mulai edukasi kelompok petani, termasuk harus petik saat chery merah, pemrosesan hingga jadi green bean hingga akhirnya Starbucks mau terima kopi kita,” tutur CEO Coop Coffee Indonesia, Reza Fabianus saat sosialisasi dan serap aspirasi petani di Hotel Mina Tanjung Beach Lombok Utara, Jumat (26/1/2024).

Baca juga: Gairah Asrul Yusuf Syahroni Ingin Kenalkan Kopi Lombok yang Terpinggirkan di Kampung Sendiri

Menurut Reza, potensi kopi Indonesia berdasarkan indikasi geografis menarik bagi pasar Eropa dan Amerika. Namun proses pascapanen harus memenuhi standar yang dibutuhkan pasar dunia.

“Tuntutan pasar dunia ini, Kementerian Koperasi UKM berkolaborasi dengan kami untuk menjajaki 50 titik potensi kopi dengan indikasi geografis di wilayah masing-masing. Karena itulah kami bareng turun ke Sembalun dan beberapa wilayah di Indonesia untuk menjajaki potensi dan kualitas kopi di tiap wilayah,” jelasnya.

Reza mengatakan, Kementerian Koperasi UKM berkomitmen meningkatkan kapasitas pengusaha mikro kecil menengah. Melalui fasilitasi, sinkronisasi dan koordinasi kemitraan, pada akses pembiayaan pemasaran dan pemanfaatan teknologi.

Oleh karena itu, fokus utama pelayanan Kemenkop UKM pada mayoritas UMKM yakni petani dan nelayan. Namun demikian, perlu kolaborasi antara triple entitas yaitu Koperasi, PT dan kegiatan Yayasan.

“Sehingga akses pembiayaan KUR diberikan Kemenkop UKM untuk memberdayakan petani kopi. Namun perdagangan kopi dunia menuntut adaptasi bisnis dengan pergerakan yang cepat. Sehingga timbullah ide membangun perusahaan trading kopi bebasis koperasi. PT Coop Coffee hadir menjawab tantangan tersebut,” kata Reza.

Reza mengaku, penjajakan ini sejalan dengan keikutsertaan Coop Coffee di Pameran Agrikultur terbesar di Eropa yaitu SIA Paris Expo di akhir Febrari 2024.

Baca juga: Lapas Selong Pamer Replika Bonsai Hingga Kopi Bubuk Kemasan Buatan Warga Binaan di Legal Expo

“SIA Paris Expo mengusung tema “Komoditas pertanian berbasis Indikasi Geografis”. Maka pilihan turun ke Sembalun menjadi model awal fasilitasi, sinkronisasi dan koordinasi kemitraan pada akes pembiayaan pemasaran dan pemanfaatan teknologi. Kami Coop Coffee Bersama Kemenkop UKM memasarkan Kopi Sembalun di kaki Gunung Rinjani ke pasar Eropa, yang sudah terkolaborasi dengan Kemenlu, KBRI di Paris dan Mitra BUMN,” paparnya.

Keberhasilan mengantar Kopi Kintamani Bali ke pasar Starbucks, PT Coop Coffee Indonesia kemudian mengusung tagline From Subak to Starbucks akan menjadi role model bagi kopi lain nya di Nusantara.

“Coop Coffee dengan triple entitas model nya, melakukan pemberdayaan dan perdagangan kopi. Sejalan dengan isu-isu dunia yang sedang dihadapi yaitu, perubahan iklim, sekuestrasi karbon, keterunutan atau traceability dan ekonomi sirkuler,” katanya.

Reza menambahkan, gerakan ini dapat dicapai dengan kolaborasi bersama antara entitas bisnis, kementerian/Lembaga seperti Kemenkop sebagai penggerak. Bahkan Lembaga internasional UNEP pada program kepedulian lingkungan.

Komisaris Utama, Coop Coffee Indonesia, Yuana Sutyowati menjelaskan, seiring komitmen pemerintah meningkatkan daya saung produk Kopi Arabica berbasis indikasi geografis (IG), Coop Coffe Indonesia mulai menjajaki 50 titik kopi nusantara.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved