Berita Lombok Timur

FJLT Luncurkan Buku Dari Segui Ke Rinjani, Potret Wisata Lombok Timur yang Cantik tapi Menyakitkan

FJLT telah meluncurkan buku berjudul "Dari Segui Ke Rinjani" yang merupakan buku perdana karya sejumlah jurnalis yang ada di daerah.

Ahmad Wawan Sugandika/TribunLombok.com
Dokumentasi acara bedah buku FJLT bertempat di SLL, Sabtu (31/12/2023). Buku berjudul Dari Segui Ke Rinjani ini mengupas kondisi pariwisata dari paling selatan hingga paling utara Kabupaten Lombok Timur. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT) telah meluncurkan buku berjudul "Dari Segui Ke Rinjani" yang merupakan buku perdana karya sejumlah jurnalis yang ada di daerah.

Buku ini mengupas kondisi pariwisata dari paling selatan hingga paling utara di Kabupaten Lombok Timur.

Sebelumnya, buku tersebut telah dibedah oleh dua akademisi sekaligus praktisi pariwisata kelahiran Lombok Timur bertempat di Sunrise Land Lombok (SLL) pada Sabtu (30/12/2023) kemarin.

Ketua FJLT Rusliadi mengatakan, buku setebal 300 halaman itu mengkritisi wajah pariwisata Lombok Timur yang begitu cantik tepi ironisnya 'terluka'.

Baca juga: Daftar 36 Event Kalender Pariwisata NTB Tahun 2024, Perang Topat hingga Wisata Motor Sport

"Lanskap wisata kita sangat cantik, namun kunjungan wisatawan kita tidak pernah memuaskan," ucap Rusliadi, Minggu (31/12/2023).

Terlepas dari seberapa dalam buku tersebut mengulas pengelolaan sektor wisata Lombok Timur, pegiat pariwisata sekaligus Direktur SLL, Qori' Bayyinarosyi, mengaku sangat mengapresiasi karya ulasan pariwisata yang diterbitkan oleh pihak yang kredibel secara pengalaman maupun data.

"Saya sekaligus selaku pegiat literasi, berani bilang, sangat jarang referensi mendalam tentang pariwisata kita, terutama dalam bentuk buku," ucap pegiat pariwisata lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut.

Menurut Qori' dari hasil penelitiannya, wisata di Lombok Timur tingkat nilai komersilnya tinggi. tetapi minim pemeliharaan, sehingga banyak wisata yang ada tanpa memperhatikan dampak sisi lainnya.

"Daya tarik pasar pariwisata Lombok Timur sangat tinggi tetapi daya tahannya yang sangat rapuh." terangnya.

"Juga anak muda kita tingkat kepedulian terhadap budaya tinggi tetapi tidak ada yang menjiwai dan menghayati budaya yang dimiliki itu," sambung Qori'.

Kembali ke pariwisataan, pemerintah daerah melalui dinas pariwisata tidak sepenuh hati mengembangkan pariwisata dan lebih mementingkan keuntungan.

Dilihat dari jurnal terkait pariwisata dikeluarkan UGM, Lombok Timur dari 32 kabupaten dirilis berada diurutan nomor 2 dari terakhir," ungkapnya.

Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata di Lombok Timur untuk Liburan Nataru: Pantai Pink - Surga Kecil Desa Sembalun

Sementara, peneliti pariwisata dan budaya, Karomi, mengatakan terdapat beberapa segmen yang perlu ditinjau dari buku tersebut. Mulai dari lay out buku hingga kelengkapan data serta kritik yang perlu dipertajam.

"Seharusnya dikemas secara lebih komprehensif sertai detail. Referensinya perlu diperkuat dan data yang lebih dilengkapi melalui pengalaman yang dialami," ungkap kandidat doktor di salah satu kampus ternama Tanah Air itu.

Qori' menekankan bahwa suara media massa merupakan formula yang paling ampuh mengontrol kebijakan pemerintah, termasuk di sektor pariwisata.

"Jangan hanya sisi manisnya saja diungkapkan, sisi ironis sakitnya juga harus dimuat agar pemerintah bisa evaluasi diri," sarannya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved