Kemenkumham NTB

Kepala BPHN Widodo Sebut JDIH KPU Berperan Strategis dalam Menjaga Pemilu yang Jujur dan Adil

Kesimpangsiuran informasi semacam ini tidak hanya membingungkan masyarakat tapi juga mengancam integritas pemilu.

|
Editor: Dion DB Putra
DOK HUMAS BPHN
Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Widodo Ekatjahjana saat bicara dalam Rapat Koordinasi Pengelola JDIH dan Pemberian Anugerah JDIH KPU tahun 2023 di Hotel Pullman Central Park Jakarta, Kamis (9/11/2023). 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Menjelang pemilihan umum atau Pemilu 2024, kita sering kali menyaksikan hiruk pikuk informasi yang tidak selalu benar.

Media sosial dipenuhi oleh misinformasi, hoaks serta kampanye hitam yang dirancang untuk memanipulasi pilihan masyarakat kepada salah satu calon presiden.

Baca juga: Kakanwil Kemenkumham NTB Parlindungan Ikut Upacara Hari Pahlawan, Pidato Mensos Singgung Kemiskinan

Kesimpangsiuran informasi semacam ini tidak hanya membingungkan masyarakat tapi juga mengancam integritas pemilu.

Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional ( BPHN ), Widodo Ekatjahjana menyatakan diperlukan peran aktif Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu melakukan diseminasi, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang semua informasi yang benar.

Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Widodo Ekatjahjana saat bicara dalam Rapat Koordinasi Pengelola JDIH dan Pemberian Anugerah JDIH KPU tahun 2023 di Hotel Pullman Central Park Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Widodo Ekatjahjana saat bicara dalam Rapat Koordinasi Pengelola JDIH dan Pemberian Anugerah JDIH KPU tahun 2023 di Hotel Pullman Central Park Jakarta, Kamis (9/11/2023). (DOK HUMAS BPHN)

"Melalui Jaringan Dokumentasi dan Informasi (JDIH) KPU, kualitas dan integritas pemilu dapat terjaga. JDIH KPU harus bisa menyediakan informasi yang jelas, cepat, terverifikasi, sekaligus menjadi sumber literasi bagi masyarakat," kata Widodo dalam arahannya sebagai keynote speaker pada kegiatan KPU, Rapat Koordinasi Pengelola JDIH dan Pemberian Anugerah JDIH KPU Tahun 2023 di Hotel Pullman Central Park Jakarta, Kamis (9/11/2023).

Tak hanya sebagai sumber literasi, kata Widodo, JDIH KPU juga dapat berfungsi sebagai wadah untuk menghimpun masukan dari masyarakat.

Misalnya, ketika KPU sedang merancang sebuah peraturan, masyarakat dapat memberikan respons, kritik, serta masukan melalui laman JDIH.

“JDIH merupakan instrumen yang sangat strategis bagi KPU untuk menjalankan tugas dan fungsinya, baik di level nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Transparansi, keterbukaan, serta komunikasi publik terkait peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemilu dapat dikembangkan dalam situs web JDIH,” kata Widodo.

Transparansi ini menjadi penting guna menegaskan pentingnya netralitas dan independensi KPU dalam pemilu. Apalagi menjelang pemilu 2024 ini tekanan terhadap KPU cukup tinggi.

Berita yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini menyebutkan bahwa KPU digugat terkait pendaftaran salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mereka duga cacat yuridis.

“Oleh karena itu, JDIH dapat menjadi wadah untuk mendiseminasikan peraturan, menyebarluaskan informasi, serta menjadi ruang dialog bagi publik. Dengan demikian, langkah tersebut sekaligus memenuhi syarat formil dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,” kata Kepala BPHN.

Dikatakannya, JDIH KPU juga dapat memberikan jawaban atas dinamika atau isu-isu yang muncul terkait pemilu.

Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Widodo Ekatjahjana saat bicara dalam Rapat Koordinasi Pengelola JDIH dan Pemberian Anugerah JDIH KPU tahun 2023 di Hotel Pullman Central Park Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Widodo Ekatjahjana saat bicara dalam Rapat Koordinasi Pengelola JDIH dan Pemberian Anugerah JDIH KPU tahun 2023 di Hotel Pullman Central Park Jakarta, Kamis (9/11/2023). (DOK HUMAS BPHN)

Widodo memberi contoh lain kasus terkait pemilu yang berpotensi memicu polemik di masyarakat, yaitu kontroversi terkait keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).

Kasus tersebut memicu terbentuknya dua pendapat yang saling bertolak belakang di antara masyarakat. Ini membuat posisi KPU semakin dilematis. Widodo menekankan kembali netralitas dan independesi KPU dalam kasus itu.

Dengan informasi yang diberikan oleh JDIH KPU, masyarakat dapat memiliki pemahaman yang lebih baik dan dapat menilai polemik tersebut dengan bijak sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved