Satwa Langka Burung Punglor Kepala Hitam Terlihat Lagi di Kawasan Gunung Rinjani

Satwa endemik langka di Gunung Rinjani Anis Nusa Tenggara mempunyai status "Near Threatened" menurut IUCN

Dok. TNGR
Satwa Langka Burung Punglor Kepala Hitam. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Anis Nusa Tenggara yang juga dikenal sebagai Chestnut-backed Thrush, menarik perhatian para pengamat alam di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).

Satwa endemik langka di Gunung Rinjani yang juga dikenal sebagai Chestnut-backed Thrush ini tergolong dalam keluarga Turdidae, mempunyai status "Near Threatened" menurut IUCN.

Anis Nusa Tenggara memiliki ukuran kecil sekitar 16-18 cm.

Ciri khasnya termasuk mahkota dan tengkuk hitam, dengan pola warna pada mukanya yang kontras hitam dan putih.

Baca juga: Wisata Sungai Mencerit, Kolam Pemandian Alami di Kaki Gunung Rinjani

Bagian atas tubuhnya terlihat cokelat kadru, sementara palang sayapnya putih dan dada berwarna hitam dengan bintik-bintik hitam di sisinya.

Namun, yang membuat burung ini semakin menarik adalah garis hitam yang melebar dari dahi hingga tengkuk.

Leher dan dada burung ini berwarna hitam, sementara perut bagian atas dan sisi perutnya memiliki corak hitam dan merah karat pucat dengan pola totol-totol yang acak.

Punggungnya cokelat tua dan tunggirnya merah karat, sedangkan perut dan tunggungnya berwarna putih.

Paruhnya berwarna hitam, sementara kakinya berwarna merah jambu kusam.

Baca juga: BTNGR Ingatkan Pendaki Bijak Gunakan Api di Kawasan Savana Gunung Rinjani

Anis Nusa Tenggara ini mendiami habitat hutan primer basah di kawasan Gunung Rinjani, dengan ketinggian mulai dari 200 hingga 2500 meter di atas permukaan laut.

Spesies ini juga dikenal karena memiliki suara yang sangat indah, menjadikannya target berburu bagi sebagian orang.

Diet burung ini terdiri dari cacing, serangga, dan kadang-kadang juga buah lunak serta bulir rumput. Proses perkembangbiakan mereka umumnya terjadi menjelang musim hujan.

Khususnya, Anis Nusa Tenggara ini sering teramati di Kawasan jalur pendakian Senaru, yang menjadi salah satu area penting di Taman Nasional Gunung Rinjani.

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) di TNGR, Supriyanto mengatakan, burung dengan nama latin Zoothera dohertyi ini memberikan kesempatan bagi para pengamat alam dan peneliti untuk mengamati dan memahami lebih lanjut kenanegaragaman hayati Gunung Rinjani.

"Burung ini dalam bahasa sasak disebut punglor kepala hitam. Burung ini salah satu makanannya adalah cacing," ucap Supriyanto saat dihubungi, Minggu (22/10/2023).

Dikatakannya, keberadaaan atau persebaran jenin burung ini hampir merata, yang bisa dijumpai di kawasan TNGR.

Hanya saja, diakuinya saat ini, keberadaan jenis burung ini semakin sulit dijumpai.

Adapun penyebab dari mulai berkurangya populasi burung tersebut salah satunya adalah disebabkan faktor faktor alam.

"Seperti predator, persaingan dialam, serta faktor yang disebabkan oleh manusia seperti perburuan liar," ungkapnya.

Adapun untuk habitat burung tersebut, yalni mendiami daerah berhutan.

Baca juga: Bupati Pathul Bahri Ungkap Alasan Memilih Treking Rinjani Via Jalur Aik Berik

Untuk wilayah Sembalun, sering dijumpai mulai dari taman bunga (Sembalun Bumbung) menuju Pusuk, wilayah hutan Sajang.

Supriyanto menjelaskan, saat ini pihak TNGR terus berupaya untuk mempertahankan habitat burung tersebut dari kerusakan.

Satu diantara upayanya adalah dengan meningkatkan patroli kawasan bersama stake holder, pengendalian kebakaran hutan serta pemulihan ekosistem khususnya pada areal yg terbuka ( open area)

Untuk itu, guna menjaga kelestarian jenis ini, hal hal yang perlu ditempuh diantaranya dengan meningkatkan edukasi kepada masyarakat sekitar, untuk tidak melakukan perburuan liar.

"Kita berharap supaya pemerintah dan masyarakat sekitar serta stake holder lainnya bersama sama lebih meningkatkan kegiatan kwgiatan didalam menjaga kelestarian flora dan fauna serta habitatnya," tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved