Ibadah Haji

99 Jemaah Haji Meninggal Dunia di Arab Saudi, Kemenag Susun Skema Layanan Lansia untuk Fase Puncak

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus mematangkan konsep terbaik dalam penyelenggaraan ibadah haji jemaah Lansia di fase puncak

kemenkes.go.id
Jemaah haji Indonesia safariwukuf saat puncak haji di Arafah, Arab Saudi. Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus mematangkan konsep terbaik dalam penyelenggaraan ibadah haji jemaah Lansia di fase puncak. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Kemenag menyusun skema pelayanan puncak ibadah haji untuk fase wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan lempar jumrah di Mina.

Puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) ini akan menyita fisik para jemaah haji sehingga bagi yang lanjut usia (Lansia) akan mendapat pelayanan khusus.

Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu, sampai saat ini tercatat ada 99 jemaah haji Indonesia yang meninggal di pesawat, Jeddah, Madinah, dan Makkah.

“Jadi, nantinya akan ada orang yang membadalkan hajinya,” Direktur Bina Haji Kemenag Arsad Hidayat, Selasa (21/6/2023).

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus mematangkan konsep terbaik dalam penyelenggaraan ibadah haji jemaah Lansia di fase puncak.

Baca juga: Lebih dari Setengah Kasus Kematian Jemaah Haji 2023 Disebabkan Penyakit Jantung

Skema pertama disiapkan bagi jemaah lansia yang meninggal dunia setelah di embarkasi, saat di pesawat, atau di tanah suci, serta jemaah lansia yang memiliki ketergantungan pada alat dan obat sehingga tidak bisa dimobilisasi.

Jemaah yang masuk dalam kategori skema ini, akan dibadalhajikan.

Skema kedua disiapkan bagi jemaah haji yang sakit dan dirawat, baik di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) ataupun di RS Arab Saudi, dan masih bisa dimobilisasi. Jemaah dengan kategori ini akan disafariwukufkan.

“Kita akan angkut dengan bus yang sudah dimodifikasi, ada jemaah yang duduk dan baring. Satu dua jam di Arafah kemudian akan kembali ke KKIH atau RSAS,” sebutnya.

Untuk skema ketiga, lanjut Arsad, disiapkan bagi jemaah lansia yang fisiknya sehat, hanya harus menggunakan kursi roda.

Mereka akan tetap dibawa ke Arafah untuk menjalani Wukuf seperti jemaah haji normal lainnya.

“Hanya, kita sedang mempersiapkan skema dengan pihak Syarikah supaya mereka tidak harus mampir di Muzdalifah. Sebab, Muzdalifah itu kan hamparan pasir. Kalau nanti kursi roda turun di sana akan berat mendorongnya,” papar Arsad.

“Sedang dibahas bersama Syarikah, skema agar mereka dapat diberangkatkan dari Arafah langsung ke Mina menjelang tengah malam sehingga saat mereka lewat di Muzdalifah pada tengah malam.

"Mereka mabit lahdzatan atau sebentar di Muzdalifah. Adapun ibadah lontar jumrahnya selama di Mina, agar diwakilkan kepada jemaah yang sehat,” lanjutnya.

Arsad juga mempersilakan kepada para jemaah yang akan mengambil inisiatif untuk tidak menginap di tenda Mina, tapi kembali ke hotel.

Namun, Arsad mengingatkan bahwa tidak ada layanan katering di hotel. Sebab, katering yang disiapkan pihak muassasah hanya diperuntukkan bagi jemaah yang menginap di Mina.

“Jadi, jemaah yang mengambil pilihan untuk pulang ke hotel pada fase mabit di Mina, mereka harus mencari makan sendiri,” ucapnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved