Berita Politik NTB

Menilik Peluang Partai Baru di Lombok Tengah Hadapi Pileg 2024

Partai-partai baru di Lombok Tengah sudah mulai menunjukkan ambisi politik dengan menargetkan pimpinan dewan di Pemilihan Legislatif 2024.

Penulis: Sinto | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
Dr. Agus, MSi pengamat politik NTB. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Partai-partai baru di Lombok Tengah sudah mulai menunjukkan ambisi politik dengan menargetkan pimpinan dewan di Pemilihan Legislatif 2024.

Sebut saja Partai Perindo Lombok Tengah yang telah mendeklarasikan bahwa mereka memasang target pimpinan dewan di 2024.

Bukan hanya partai baru, sejumlah partai petahana pun menargetkan ingin kembali menguasai kursi pimpinan.

Mulai dari PKS Lombok Tengah yang menargetkan 12 kursi, Partai Gerindra Lombok Tengah menargetkan 7-10 kursi, Golkar Lombok Tengah yang menargetkan 9 kursi, dan PKB Lombok Tengah yang menargetkan 8 kursi.

Baca juga: Nurdin Percaya Diri Berbagi Suara dengan Putra Sulung TGB di Pileg DPD RI 2024

Pengamat politik NTB Dr Agus, M.Si kepada Tribun Lombok mengatakan, terkait peluang partai politik baru dan partai politik lama memenangkan Pileg 2024 ditentukan oleh banyak faktor.

Pertama, sistem pemilu yang digunakan.

Jika menggunakan sistem pemilu proporsional terbuka seperti yang telah diatur dalam UU No. 7 tahun 2017 saat ini, maka peluang partai baru menaruh kader di parlemen tetap terbuka.

"Namun jika menggunakan sistem proporsional tertutup, maka ini agak berat bagi partai baru untuk menaruh kadernya di parlemen," ungkapnya.

Baca juga: Dapil 1 Lombok Timur Ditaksir Bakal Jadi Panggung Bacaleg Muda di Pileg 2024

Faktor kedua adalah tergantung dari figur yang dicalonkan.

Menurutnya, Perindo NTB dengan keberadaan sosok Tuan Guru Bajang (TGB), akan berpeluang besar apabila diberlakukan sistem proporsional terbuka.

Tapi sekali lagi, meski figurnya bagus, tetapi Pemilu menggunakan sistem proporsional tertutup, maka ini akan menjadi berat bagi Perindo.

"Antara sistem pemilu dengan figur saling membutuhkan. Bagi saya figur yang hebat itu akan menjadi efektif jika sistem pemilunya terbuka," bebernya.

Dikatakan Agus, baik sistem pemilu terbuka maupun tertutup, sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Proporsional terbuka memiliki kelebihan, yaitu tampilnya tokoh-tokoh lokal di barisan elit nasional.

Selanjutnya legitimasi politik itu langsung diberikan oleh rakyat karena rakyat memilih orang.

"Kelemahannya adalah kurang efisien misalnya, dari sisi penyelenggaraan, karena penyelenggara pasti akan mengeluarkan anggaran yang cukup besar. Demikian juga politik uang itu sangat kencang dari masyarakat," jelasnya.

Sementara itu, sistem proporsional tertutup ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya adalah cukup efisien karena masyarakat cukup memilih gambar partai politik saja, tetapi kurang memberikan legitimasi karena bisa saja pemilih membeli 'kucing dalam karung'.

Kelebihan lainnya adalah loyalitas elit politik itu tinggi kepada pimpinan partai, karena partai politik yang akan memutuskan siapa yang jadi calon terpilih.

"Kelemahannya itu loyalitas pejabat publik kepada rakyat itu rendah, karena loyalitas dalam teori politik itu ditentukan oleh sumber kekuasaan. Itu dia kelemahannya selain sistem ini kurang memberikan legitimasi," pungkasnya.

 

Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved