Berita Politik NTB
Praktisi Desain Visual: Konten-konten Media Sosial Politisi NTB Usang dan Berjarak dengan Anak Muda
Safan Yuda Legian menilai, anak muda cenderung memilih calon pemimpin atau wakil rakyat yang dapat mengadopsi cara kampanye kekinian.
TRIBUNLOMBOK.COM - Praktisi Senior Desain Visual Lingkara Indo Grup Safan Yuda Legian menilai, anak muda cenderung memilih calon pemimpin atau wakil rakyat yang dapat mengadopsi cara kampanye kekinian.
Ia menjelaskan, media sosial adalah jembatan penyalur konten, baik untuk mengemas program maupun gerakan lain yang bersifat politik.
Menurutnya, calon pemimpin atau dewan yang akan maju pada Pemilu 2024 mendatang, mesti memanfaatkan itu untuk menarik hati anak muda.
"Tetapi masalahnya, apakah mereka bersama tim dapat membaca masalah itu?" tanya Safan, Selasa (23/5/2023).
Baca juga: Pengamat Politik: Elite Politik Jadikan Anak Muda Cuma Simbol
Safan mencontohkan, banyak dewan yang fokus bergerak di lapangan dan berupaya mengunci kantung-kantung suara.
Tetapi mereka lupa bahwa persaingan di darat sama ketatnya dengan persaingan di medan lain, yakni medan digital.
"Di medan digital, kita sebut di sini media sosial, itu tempat berkumpulnya swing voters. Mestinya ini juga direbutkan. Caranya bagaimana? Baca apa yang mereka sukai, dan respons dengan cara yang mereka suka," jelas Safan.
Safan menilai konten-konten politisi di NTB terlalu usang dan tak menjawab selera literasi anak muda.
Baca juga: TGB Bisa Bersaing Jadi Cawapres, Pengamat Ingatkan Belum Jelasnya Arah Politik
Akhirnya, anak-anak muda merasa tak dekat dengan wakilnya, hingga pada kemungkinan terburuk, menjadi apolitis.
"Karena konten-konten media sosial politisi NTB ini kebanyakan usang, kita pun jadi ragu apakah mereka benar-benar bisa menampung aspirasi kita," ungkapnya.
Safan berpesan, agar sebaiknya para peserta politik NTB di 2024 tak meremehkan kerja-kerja kreatif di media sosial maupun mainstream.
Ia mengumpamakan, manifestasi kekuatan rakyat sekarang ada pada jari-jari mereka yang bermain media sosial.
"Rakyat bisa membuat menang dan membuat kalah seorang politisi hanya dengan menggunakan media sosial. Buktinya sudah banyak. Mengelola konten di media sosial sama halnya mengelola emosi warganet, kalau itu tak diperhatikan, peluang kekalahan selalu terbuka lebar," ujarnya.
Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.