Berita Komunitas

Cerita Baiq Ayu Darma Ning Tyas Bersama Tastura Mengajar di Pelosok Lombok Tengah

Sesui namanya, ia bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Komunitas Tastura Mengajar harus menjangkau daerah tersebut hampir 2 jam lamanya.

|
Editor: Robbyan Abel Ramdhon
DOK ISTIMEWA
Cerita Baiq Ayu Darma Ning Tyas Bersama Tastura Mengajar di Pelosok Lombok Tengah - Baiq Ayu Darma Ning Tyas. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Baiq Ayu Darma Ning Tyas, wajahnya memancarkan bahagia dan aura optimistis saat mengabdikan diri di daerah terpencil, tepatnya di area perbuktitan di Gubuk Panggel, Dusun Pendem, Desa Mekar, Praya Barat, Lombok Tengah.

"Orang-orang menyebutnya Panggel, karena mungkin ketika ke tempat ini semua akan pegal-pegal untuk kesana ya," tutur perempuan usia 25 tahun itu.

Sesui namanya, ia bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Komunitas Tastura Mengajar harus menjangkau daerah tersebut hampir 2 jam lamanya dari pusat kota.

Dari pusat kota Praya, sebagai ibu kota kabupaten, kemudian menuju ke Dusun Bangket Molo, Desa Mekar Sari, dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan.

Baca juga: Komunitas Akarpohon Mataram Sukses Gelar Microfest 2022, Ruang Bicara Sastrawan dan Musisi

"Dulu kami mengira Dusun Bangket Molo merupakan dusun terakhir di wilayah perbukitan ini, namun ternyata ada yang lebih jauh yakni Panggel itu," ungkap Baiq Ayu Darma Ning Tyas.

Karena minimnya akses infrastruktur, Dusun Bangket molo merupakan satu-satu nya akses yang paling bagus dan dirasa paling aman untuk menuju Gubuk Panggel.

Perjalanan ke Bangket Molo pun harus melalui akses jalan tanah dan berbatuan, dengan jarak tempuh sekitar 30 menit dari jalan raya.

"Ketika hujan tiba, tentu akses jalan akan cukup susah dilewati kendaraan sebab beberapa ruas jalan yang becek ditambah dengan beberapa ruas jalan yang juga terkikis akibat hujan," kata Tyas.

Baca juga: Tastura Mengajar Gelar Nonton Bareng Film Merariq Kodeq di Sekolah Pelosok Lombok Tengah

Di Bangket Molo teradapat sebuah sekolah SATAP yakni SD-SMP Negeri 6 Praya Barat dan di sekolah inilah tempat 9 orang anak-anak Panggel bersekolah.

Perjalan Berjam-jam Menuju Panggel

Setelah sampai di Bangket Molo, lalu perjalanan dilanjutkan ke Gubuk Panggel dengan berjalan kaki.

"Kalau musim panas, kendaraan masih bisa digunakan ke Panggel. Namun ketika musim penghujan seperti saat ini, jalan tidak bisa dilewati sama sekali, sehingga harus ditempuh dengan jalan kaki," ungkap Tyas.

"Biasanya motor kami titipkan di rumah pak Kadus Bangket Molo dan kalau pakai mobil ya sudah kami biarkan ditengah hutan," lanjutnya.

Bagi perempuan lulusan PGSD Universitas Mataram ini, perjalanan seperti itu tentu bukan hal baru baginya. Sebab ia bersama Tastura Mengajar sudah terbiasa melewati kondisi akses jalan seperti itu.

Perjalanan Tastura Mengajar menuju Panggel.
Perjalanan Tastura Mengajar menuju Panggel.

"Tentu ini tidak seberapa dibandingkan anak-anak Panggel yang setiap hari berjalan kaki hingga satu jam lamanya untuk berangkat ke sekolah," sebutnya.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved