Berita Politik NTB
Wakil Ketua DPRD Sumbawa Barat Merliza Jawas Dorong Perempuan Terjun ke Politik
Partisipasi dan keterlibatan perempuan dalam kancah politik di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terbilang masih minim.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA BARAT - Partisipasi dan keterlibatan perempuan dalam kancah politik di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terbilang masih minim.
Dari total 25 anggota DPRD KSB saat ini, hanya ada dua orang figur perempuan yang berhasil duduk di kursi legislator.
Kenyataan itu mendapatkan atensi dari Wakil Ketua DPRD KSB Merliza Jawas.
Sekretaris DPC Partai Gerindra KSB itu mengaku ada banyak faktor yang mengakibatkan rendahnya keterwakilan perempuan di dunia politik. Baik dari sisi partisipasi maupun keterpilihan.
Baca juga: Soal Sulitnya Lapangan Kerja di KSB, Merliza Jawas Terangkan Tentang Hal Ini
Faktor yang paling umum terjadu, kata Merliza Jawas ada di dalam tubuh partai politik.
Dikatakan Merliza, selama ini, bacaleg perempuan seringkali hanya sekadar melengkapi persayaratan bacaleg untuk 30 persen keterwakilan perempuan dalam komposisi bacaleg.
"Kedua, kadang caleg perempuan tidak diberikan ruang lebih atau minimal sama ketimbang calegblaki-laki, ada dikotomi. Keberpihakan partai terhadap caleg perempuan itu juga sangat penting. Baik dari sisi penjagaan suara, saksi, itusangat berpengruh di lapangan," katanya kepada TribunLombok pada Senin (6/2/2023).
Diakui Merliza, sejatinya potensi caleg perempuan terbilang tinggi. Sebab dari sisi pemilih, jumlah pemilih perempuan secara kuantitas lebih banyak dibanding laki-laki.
Baca juga: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur Berharap Dewan Atensi Sekolah Rusak
Jumlah tersebut ia nilai seharusnya dapat dikapitalisasi oleh caleg perempuan menjadi suara.
"Itu belum bisa maksimal mungkin lantaran adanya anggapan bahwa perempuan seharusnya engga ada di dunia politik, itu milik laki-laki, begitu," ujarnya.
Diakui Merliza, sejatinya perempuanlah yang lebih paham akan kebutuhan kelompok perempuan. Jadi, semakin banyak perempuan yang ada di legislator, maka suara perempuan akan lebih cepat diserap.
Lebih jauh, secara kapasistas dan kapabilitas, kemampuan laki-laki dan perempuan dalam dunia politik diklaimnya relatif sama.
"Tidak ada gap sebeletulnya, kapasitas sama, kita bisa fight, kita punya kepercayaan diri, bisa mencari dukungan, mendapat pemilih kita mampu bersaing," terangnya.
Namun Merliza melihat, faktor yang seringkali menghambat adalah, tidak semua caleg perempuan memiliki daya dukung finansial yang kuat.
Selain itu, biasanya dukungan dari keluarga (inner circlel) kepada perempuan untuk terjun ke dunia politik praktis tidak seluas laki-laki.
Namun terlepas dari itu semua, dalam banyak kasus, banyak perempuan yang kariernya sukses di dunia politik. Dan sepengetahuannya, ada caleg perempuan yang dari sisi logistik sejatinya lemah, tetapi memiliki modal sosial yang kuat, maka ia sukses.
"Banyak cerita caleg perempuan yang sukses. Saya punya kawan, dia malah jadi anggota dewan dengan bermodalkan syiar agama. Setiap hari dia ke majelis taklim, turun ngaji-ngaji. Dia kemudian diminta maju, orang tahu dia. Modal sosialnya kuat, tidak memulu dengan finansial yang besar. Ada usaha juga dari dia, turjun ke masyarajat, memperkenalkan diri, dia jadi," ungkapnya.
Lebih jauh, dalam perjalanannya duduk dan mengemban tugas sebagai legislator, ia mengaku suaranya sebagai representasi perempuan setara dengan kaum laki-laki yang notabene mayoritas.
"Tidak merasa dipinggirkan ya, tidak ada pengkotak-kotakan begitu. Porsi kerjanya tetap sama," ujarnya.
Ia berharap, pada Pileg 2024 mendatang, kaum perempuan lebih banyak yang berani turun ke gelanggang politik.
Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.