Berita Bima
Sepekan Bima Tak Diguyur Hujan, Jagung yang Baru Ditanam Rusak, Petani Rugi Jutaan Rupiah
Fenomena hilangnya hujan akibat Monsoon Break, mulai berdampak pada tanaman petani.
Penulis: Atina | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, BIMA - Fenomena hilangnya hujan akibat Monsoon Break, mulai berdampak pada tanaman petani.
Menghilangnya hujan ini, sudah terjadi di wilayah Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu sepekan terakhir.
Pantauan TribunLombok.com, hingga Sabtu (10/12/2022) tidak ada sedikit pun mendung atau tanda akan turun hujan.
Sementara itu, petani di wilayah Kota dan Kabupaten Bima mulai mengeluhkan kondisi jagung yang baru saja tumbuh, rusak akibat tidak adanya hujan.
Baca juga: Hujan dan Angin Kencang, 20 Pohon Tumbang dalam Sekejap di Kota Mataram
Anhar petani di Desa Mpili, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima mengaku, hujan sudah tidak turun sama sekali sejak Jumat tanggal 9 Desember 2022 lalu.
Artinya, sudah lebih dari satu pekan hujan tidak mengguyur kawasan yang terletak di pegunungan tersebut.
Akibatnya ungkap Anhar, petani merugi karena jagung yang baru ditanam dan sudah mulai tumbuh, rusak.
"Daunnya mengecil akibat panas, karena tidak ada hujan sejak Jumat minggu lalu," ujar Anhar.
Baca juga: Penjelasan BMKG Soal Fenomena Hujan Es di Kota Mataram, Penyebab & Hal yang Perlu Diwaspadai
Ia sendiri mengaku, sejak mulai menanam sudah tidak ada hujan sehingga bibit yang ia tanam sudah ada yang membusuk.
Namun yang lebih parah adalah, kondisi tanaman petani yang sudah lebih awal menanam dan daun jagungnya sudah tumbuh.
Ditanya kerugian, Anhar menyebut tidak bisa memastikan karena masing-masing petani memiliki area ladang yang berbeda luasnya.
Namun jika dirata-ratakan, masing-masing pemilik lahan tanamannya rusak sekira 20 persen.
Baca juga: 2 dari 9 Terduga Pelaku Rudapaksa di Bima Ditangkap saat Sembunyi di Ladang Jagung
"Kalau dirupiahkan, satu lahan bisa merugi hingga jutaan rupiah," aku Anhar.
Angka kerugian tersebut diperoleh, dari harga bibit yang ditebar, biaya pekerja yang menanam dan juga biaya pemeliharaan sehari-hari.
"Saya beli bibit 2.800.000 rupiah untuk satu hektar lahan. Belum lagi biaya tukang tanam, makan dan minum. 20 persen yang rusak, segitu sudah kerugian kami," bebernya.
Anhar mengaku, petani yang mengalami kerusakan pada tanaman jagung saat ini hanya bisa pasrah dan berharap hujan segera turun.
"Sedangkan yang belum tanam, ya menunggu sampai ada hujan baru bisa tanam," ujarnya.
Padahal tambah Anhar, tujuan petani menanam lebih awal agar bisa panen lebih awal, sehingga mendapati harga jagung yang tinggi nantinya.
"Tapi apalah daya, kita sekarang pasrah saja," tandasnya.
Kejadian serupa, tidak hanya melanda petani di Donggo Kabupaten Bima.
Petani di Kelurahan Nitu Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima, juga mengalami nasib yang sama.
Daun jagung yang baru tumbuh, menguning seperti terbakar akibat panas matahari.
Taufik warga Nitu mengatakan, kondisi tersebut terjadi satu pekan terakhir.
Padahal saat ini, harusnya petani sudah mulai memupuk jagungnya tapi tidak berani karena tidak ada hujan.
"Kalau dipupuk, ya semakin panas karena tidak ada hujan. Harus tunggu hujan turun," pungkasnya.
Pada berita sebelumnya, BMKG Bima telah menyampaikan, hujan akan hilang di wilayah Bima dan Dompu akibat adanya Monsoon Break.
Fenomena tersebut akan terjadi selama satu pekan, sejak awal pekan lalu.
Hilangnya hujan ini sebagai sesuatu yang wajar oleh BMKG Bima, meskipun saat ini wilayah Bima sudah memasuki musim penghujan.
Meski demikian, potensi hujan tetap ada meskipun terjadi secara sporadis dan dengan intensitas ringan.
Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.