Bom di Bandung
Pelaku Bom Polsek Astana Anyar: Bebas Tahun Lalu, Terafiliasi JAD, Bawa 2 Bom Hingga Kosan Digeledah
Agus Sujatno alias Agus Muslim, teroris bom Polsek Astana Anyar, Kota Bandung baru bebas dari penjara tahun 2021. Ia bawa 2 bom dan terafiliasi JAD.
TRIBUNLOMBOK.COM - Peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung menggegerkan publik Tanah Air.
Polisi menyebutkan bahwa terduga pelaku bom Polsek Astana Anyar, Kota Bandung bernama Agus Sujatno alias Agus Muslim.
Terduga pelaku bom Polsek Astana Anyar, Kota Bandung itu diketahui baru bebas dari penjara pada tahun 2021 dan terafiliasi JAD.
Mengutip dari berbagai sumber berikut beberapa temuan polisi terkait Agus Sujatno alias Agus Muslim.
Baru Bebas Tahun Lalu dan Terafiliasi JAD
Hal ini diungkapkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit.
Menurutnya, identitas pelaku diketahui setelah anggota melakukan pemeriksaan sidik jari terhadap jenazah pelaku dan face recognition.
"Dari hasil pemeriksaan sidik jari, identik menyebutkan bahwa identitas pelaku adalah Agus Sujatno atau Abu Muslim, yang bersangkutan pernah ditangkap karena peristiwa bom Cicendo dan sempat dihukum 4 tahun," ujar Listyo saat jumpa pers di lokasi kejadian, Rabu (7/12/2022) seperti dikutip dari TribunJabar.
Kapolri mengatakan bahwa pelaku terafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung.
Tak hanya itu, Agus rupanya juga sempat dipenjara.
Ia terlibat kasus bom panci di Cicendo, Kota Bandung pada 2017.
Agus bebas dari penjara pada tahun 2021.
"Pada September 2021 yang bersangkutan bebas, tentunya kegiatan yang bersangkutan kita ikuti," katanya.
Selama menjalani hukuman di Lapas Batu Nusakambangan, kata dia, masih susah diajak bicara dan saat bebas, pelaku masih masuk ke dalam kategori merah.
Baca juga: Profil Aiptu Sopyan, Polisi Korban Bom Teroris Polsek Astana Anyar: Dikenal Baik, Kakak Ada Firasat
"Memang yang bersangkutan masih susah diajak berbicara, cenderung menghindar, walaupun sudah melaksanakan aktivitas," ucapnya.
Ia pun telah memerintahkan anggotanya untuk mendalami dan mencari orang-orang atau kelompok yang diduga terafiliasi dengan kelompok Agus tersebut.
"Seluruh tim satgas sudah diperintahkan bergerak," katanya.
Diduga Bawa 2 Bom
Saat melakukan aksinya di Polsek Astana Anyar, Agus diduga membawa 2 buah bom.
Satu bom diduga ditempel di tubuh pelaku dan bom lainnya ditemukan di sekitar lokasi kejadian.
"Tadi ada satu yang diledakkan pelaku, dan ada satu yang kita ledakan," ucap Kapolda Jawa Barat Irjen Suntana, Rabu (7/12/2022) dilansir dari KompasTV.
Kapolda Jabar menduga dua bom itu dibawa oleh pelaku saat insiden ledakan pertama.
Sementara itu, petugas segera melakukan penyisiran di lokasi kejadian untuk mengantisipasi adanya benda berbahaya lainnya.
"Sudah dilakukan penyisiran oleh tim Gegana dan sterilisasi beberapa area jangan sampai ada benda lain yang rawan meledak," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo, Rabu (7/12/2022).
Ibrahim menjelaskan, benda yang dicurigai sebagai bahan peledak kedua telah diledakkan oleh Tim Gegana pukul 10.45 Wib di Mapolsek Astanaanyar.
Sejumlah warga di radius 200 meter mengaku suara ledakan saat proses disposal itu.
"Jadi memang ada benda yang dicurigai bahan peledak juga, sudah dilakukan disposal dengan melakukan peledakan di sini. Terkait dengan bahan tersebut, itu dilakukan verifikasi lagi," ungkap Ibrahim seperti dikutip dari Kompas.
BNPT: Pelaku adalah Lone Wolf
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut bahwa aksi yang dilakukan pelaku disebut-sebut lone wolf.
Seperti diketahui, lone wolf adalah istilah dari pelaku terorisme yang menjalankan aksinya seorang diri dan tidak terafiliasi oleh organisasi apapun.
Sama seperti yang dilakukan teroris berinisial ZA yang menyerang Mabes Polri pada Maret 2021 lalu merupakan lone wolf, namun berideologi ISIS.
“Sementara iya itu lone wolf, tapi yang menjadi penyelidikan itu siapa yang membantu dia,” kata Kepala BNPT, Boy Rafli Amar.
Meski begitu pihaknya belum bisa memastikan identitas maupun jaringan teroris mana dari si pelaku bom bunuh diri ini. Sebab pelaku seperti ini bisa muncul kapan saja jika ada kesempatan dan momen-momen tertentu.
“Kita belum pastikan itu (JAD), tapi kan ini karakter-karakter atau misi-misi umumnya apakah JAD, atau JI itu bisa dengan cara-cara modus operandi seperti ini. Tentu perlu data lebih lanjut untuk kita simpulkan ke arah sana,” ungkapnya.
Menurut Boy, aksi terorisme ini sama seperti virus yang dapat menyebarkan paham radikal dengan menghalalkan segala macam cara untuk menggunakan kekerasan ekstrim. Untuk itu saat ini pihaknya juga turut membantu aparat kepolisian maupun Densus 88.
“Siapa mereka? Kita perlu waktu untuk melakukan identifikasi dulu. Jadi prosedurnya jika tidak ada saksi dari kawannya kita harus mendalami identitas yang menjadi pelaku bom bunuh diri, nah ini sedang berjalan. Ada beberapa cara, tapi tim forensik kita akan mengetahui namun perlu waktu beberapa saat. Semoga ada data pendukung dan sebagainya, jadi masih olah TKP karena kan peristiwa baru terjadi,” jelasnya.
Ditanya mengapa sasaran terorisme adalah kepolisian, Boy mengatakan bahwa institusi Polri dapat menggagalkan misi-misi mereka. Sehingga Polri menjadi daftar target dalam aksi mereka.
“Karena polisi nomor satu yang menggagalkan misi mereka. Setiap ada ini tangkap, karena selama ini yang dianggap menggagalkan misi-misi terorisme adalah polisi. Makanya polisi jadi daftar target mereka,” ujarnya seperti dikutip dari Kompas.
Indekos Pelaku Digeledah
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror telah menggedelah kos yang ditempati pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Agus Sujatno (AS) alias Abu Muslim.
Penggeledahan terjadi di Dukuh Blotan, RT 07, RW 02, Desa Siwal, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Rabu (7/12/2022).
Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan mengatakan, pihaknya hanya melakukan backup pengamanan saat penggeledahan dilakukan oleh tim Densus 88 Anti Teror itu.
"Kita hanya diminta untuk membantu memfasilitasi dan memediasi dengan Pak RT, RW juga pemilik dari kontrakan ini," kata dia kepada TribunSolo.com.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, terduga pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar itu memang pernah tinggal di rumah kontrakan itu namun sekitar satu bulan lamanya yang bersangkutan tidak lagi menempati kos tersebut.
"Kalau detail lain, nanti teman-teman Densus 88 yang menyelidiki lebih dalam. Kalau kita hanya melakukan pengamanan saja," kata AKBP Wahyu.
Kapolres menambahkan, pihaknya tidak bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
Menurutnya rilis akan dilakukan oleh Mabes Polri.
Di sisi lain, saat ini Ketua RT maupun pemilik kontrakan tempat terduga pelaku bom bunuh diri itu tinggal sedang dimintai keterangan di Polsek Baki seperti dikutip dari Tribunnews.
(Tribunnews/ TribunSolo/ TribunJabar) (Kompas/ Kompas TV)