Wartawan Indonesia Memberikan Lima Hadiah Istimewa untuk Paus Fransiskus di Vatikan
Degelasi PWKI dipimpin oleh Mayong Suryolaksono sebagai ketua delegasi dan didampingi AM Putut Prabantoro, penasihat dan sekaligus pendiri PWKI.
Nama Maria Bunda Segala Suku digagas oleh AM Putut Prabantoro yang mengatakan bahwa nama MBSS sebenarnya ingin mengajak rakyat Indonesia mencintai bangsa dan Tanah Air yang dikatakan sebagai Per Mariam Ad Patriam – Melalui Bunda Maria Sampai Pada Tanah Air.
Oleh Putut Prabantoro dikatakan Maria Bunda Segala Suku sebagai sarana devosi kebangsaan.
Maria Bunda Segala Suku muncul pertama kali sebagai thema perlombaan seni rupa, patung dan fotografi yang diprakarsai Gomas Harun pada Mei 2017 yang diawali pada tahun 2015.
Lomba seni rupa, patung dan fotografi itu dimenangi Robert Gunawan, seorang guru lukis anak-anak yang berasal dari Matraman, Jakarta.
Berdasarkan penjelasan dari Robert Gunawan, sebagaimana dikutip oleh Gomas Harun, dalam lukisan Maria - Bunda Segala Suku ini ada beberapa ciri khusus yakni bendera merah putih, motif lambang Garuda Pancasila, warna emas, mahkota, kerudung, baju kebaya putih, rok panjang warna merah dan suku-suku.
Gunungan dan Batik
Hadiah istimewa yang lain ada Gunungan Wayang Kulit dari Sri Sultan Hamengkuwono X dan kain batik Ceplok Mangkara Latar Kawung yang dibuat sendiri oleh GKBRAy Adipati Paku Alam X.
Kedua hadiah ini hadir sebagai hasil diskusi antara Thomas Sukawan Aribowo anggota delegasi dari Yogyakarta dan AM Putut Prabantoro terkait hadiah istimewa dan khusus bagi Paus Fransiskus.
Pilihan jatuh untuk menghubungi raja dan adipati dari Yogyakarta tersebut.
Melalui cucu Sri Sultan Hamengkubuwono X, RM Gusti Lantika Marrel Suryokusumo, sebuah gunungan dari kulit sapi diberikan Sri Sultan Hamengkubuwono X kepada PWKI.
Gunungan memerupakan simbol alam semesta dan manusianya. Dalam pementasan wayang kulit, gunungan digunakan sebagai pembuka sebuah cerita dan sekaligus juga berfungsi sebagai simbol dari tanda-tanda alam terkait dengan terjadinya sebuah peristiwa besar.
Melalui Margaretha Anggraini Adriani sekretaris pribadi GKBRAy Adipati Paku Alam X, batik tulis yang sangat langka dengan motif Ceplok Mangkara Latar Kawung diberikan kepada PWKI. Motif ini mengandung filosofi tinggi.
Mangkara mengandung makna tentang keberanian, kecerdasan dan kerja keras. Motif kawung mengandung makna akan kesempurnaan dan kemurnian.
Gabungan kedua motif ini dapat dimaknai sebagai usaha kerja ini dimaknai sebagai usaha keras untuk mencerdaskan diri, memupuk keberanian agar dapat mencapai kesempurnaan.
Diharapkan pemakai juga sanggup memurnikan diri , pikiran dan hati agar selalu tenteram sehingga bisa selalu menjaga kehidupan dunia menjadi damai.
PWKI juga membawa dua buah buku yang ditulis oleh Pastor Sandro Pecatti SX. Misionaris dari Italia ini pertama kali menginjak Indonesia pada 5 Februari 1961.