10 PTN Launching Diseminasi Program Matching Fund Patriot Pangan Nasional 2022 di Unram
Program Matching Fund Patriot Pangan merupakan konsorsium 10 PTN dihelat di Ruang Sidang Senat III Rektorat Unram
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - 10 perguruan tinggi melaunching Diseminasi Program Matching Fund Patriot Pangan Nasional 2022 di Universitas Mataram pada Jumat, (18/11/2022).
Program Matching Fund Patriot Pangan merupakan konsorsium 10 PTN, yaitu Universitas Syiah Kuala, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Tanjungpura-Pontianak, Universitas Pattimura-Ambon, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, Universitas Mulawarman, Universitas Sutan Ageng Tirtay
Kegiatan yang dihelat di Ruang Sidang Senat III Rektorat Unram tersebut merupakan launching kedua setelah sebelumnya dilakukan di Universitas Gajah Mada.
Program Matching Fund Patriot Pangan bertujuan untuk mendukung upaya kedaulatan pangan yang dilakukan pemerintah melalui penelitian maupun pendampingan kepada masyarakat.
Baca juga: Pemprov NTB Respons Kritik Mori Hanafi Terkait KUA PPAS APBD NTB yang Dianggap Tak Transpran
Program Matching Fund Patriot Pangan merupakan mandat dari Ditjen DIKTI kepada 10 Universitas dalam bentuk konsorsium dan untuk launching kali ini sebagai yang pertama dan menyusul nantinya di 8 universitas lain.
Dalam sambutannya, Rektor Unram Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D., menyebut isu ketahanan pangan menjadi salah satu isu sentral yang mesti menjadi perhatian semua pihak.
Ke depan, 'perang pangan' menjadi salah satu potensi yang bisa saja terjadi.
Ketua Koordinator Pangan Bali-Nusra itu secara khusus memberikan penilaian terhadap kondisi pangan di NTB.
Tantangan NTB, kata Prof Bambang adalah bagaimana membuat lahan kering menjadi produktif.
"Makanya jika ingin meningkatkan produksi pangan lokal kita, ada tantangan baru yakni bagaimana kemudian kita menghasilkan pompa sumur dalam, desain pompanya khusus tetapi dari solar sel. Begitu kita temukan teknologinya yang bisa bisa sampai 50-60 meter, maka banyak sekali dampak positif yang bisa kita terima," terangnya.
Baca juga: Kasus UU ITE Ketua Kasta NTB Terus Bergulir, Polda NTB Belum Tetapkan Tersangka
Ia juga memperkenalkan sejumlah produk olahan pangan yang telah dihasilkan mahasiswa Unram seperi olahan kelor, kentang, rumput laut, hingga lamtoro beef.
Selanjutnya, Rektor IPB University, Prof. Arif Satria yang sekaligus menjadi ketua konsorsium dalam kesempatan tersebut mengungkapkan Indonesia sangat memungkinkan untuk kemandirian pangan karena penyebab krisis pangan dunia saat ini disebabkan harga gandum tinggi.
Ia mengungkap 193 juta jiwa di 53 negara kini terancam krisis pangan. Hal tersebut setidaknya disebabkan perubahan iklim dan perang Rusia-Ukraina.
Karena itu kita harus segara mengantisipasi di Indonesia untuk mengolah pangan agar kita tidak tergantung pada impor. Selama ini kita sudah tergantung pada import dari 4 juta ton hingga 12 juta ton pada 2010-2021," bebernya.
Indonesia, kata Prof Arif memiliki berbagai potensi pengganti gandum, seperti sorgum, jagung, singkong, ganyong, sukun hingga sagu yang punya potensi besar.
“Secara teknologi sudah selesai, kita bisa bikin beras dari sagu, beras dari jagung, beras dari sorgum semua sudah bisa. Tinggal bagaimana kita hilirisasi agar konsumsi kita meningkat dan menurunkan ketergantungan impor. Bagaimana kita membuat produk kualitasnya bagus, kita bisa hemat devisa, memperluas lapangan kerja dan membangun kepercayaan diri masyarakat,” ungkapnya di Rektorat Unram.
Baca juga: Pin G20 Indonesia 2022 Ternyata Produk UMKM NTB, Tersemat di Dada Para Pemimpin Dunia
Arif Satria menyampaikan hingga saat ini baru 10 kampus tergabung dalam Konsorsium Patriot Pangan bersama Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi sebagai penyedia dana. Saat ini tercatat ada 10 proposal teknologi pangan yang akan diimplementasikan ke masyarakat.
“10 universitas ini jadi koordinator di tiap wilayah karena diinisiasi dalam waktu yang mepet. Kami tunjuk wakil per wilayah, seperti Gorontalo, Universitas Jember dan nantinya 2023 akan mengoordinasi di wilayahnya masing-masing,” terangnya.
Arif menyebut kampus akan melakukan intervensi ekosistem pangan mulai dari hulu hingga hilir lewat teknologi para dosen yang melakukan penelitian. Para dosen masuk dalam dunia peternakan, pangan, gizi, perikanan dengan berbagai sisi baik produksi, pengolahan hingga konsumsi.
“Ada Gifood, mengatasi food waste yang masih cukup tinggi. Ini dipecahkan dengan cara cerdas. Perguruan tinggi siap berkolaborasi untuk memperkuat solusi persoalan pangan. Pemerintah dan kampus tidak bisa sendiri,” pungkasnya.
(*)