Satu Keluarga Meninggal di Kalideres, Muncul Dugaan Mereka Kelaparan

Dugaan itu muncul setelah tim forensik menemukan fakta, otot-otot semua korban mengecil dan tidak ditemukan makanan dalam tubuh mereka.

Editor: Dion DB Putra
Ilustrasi
Satu keluarga yang terdiri dari empat orang meninggal bersamaan di perumahan Citra Garden Extension Kalideres, Jakarta Barat. Muncul dugaan mereka meninggal karena kelaparan. 

"Jadi itu bapaknya, ibunya, iparnya semuanya di waktu yang berbeda meninggalnya. Sehingga pembusukan masing-masing berbeda-beda," tambahnya.

Polisi menemukan sebuah catatan di dalam rumah penemuan mayat satu keluarga di Kalideres itu. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, Kompol Haris Kurniawan menjelaskan, catatan itu berupa pesanan katering.

Selain itu, tak ditemukan cadangan makanan di dalam rumah itu. Hal itu diketahui saat polisi memeriksa isi kulkas korban yang kosong.

Berdasarkan hasil autopsi tim dokter forensik RS Polri Kramat Jati, keempatnya diketahui tidak makan selama tiga minggu. Pasma Royce mengatakan, berdasarkan pemeriksaan, lambung dari mayat tersebut tidak berisi makanan. Tak hanya itu otot-otot di tubuh keempat korban juga mulai menciut.

“Jadi bisa diduga berdasarkan pemeriksaan dari dokter bahwa mayat ini tidak ada makan cukup lama, karena dari otot-ototnya sudah mengecil,” kata Pasma.

Pasma menyebut kematian keempat jenazah ini tidak dalam waktu bersamaan, ada dari salah satu jenazah yang tewas lebih dulu.

Dapat diartikan ada korban yang sempat tinggal dan tidur bersama anggota keluarganya yang lebih dulu meninggal. Kemudian setelah itu korban tersebut juga menyusul meninggal dunia di waktu yang berbeda.

Ketua RT, Asiung mengatakan, empat korban tersebut sangat tertutup dengan lingkungan sekitar.

"Tidak jelas sama sekali (pekerjaannya), tidak jelas profesinya. Sangat tertutup, hubungan dengan keluarga pun jarang komunikasi," kata Asiung ketika ditemui di lokasi, Minggu (13/11/2022).

Asiung selaku ketua RT mengaku terakhir bertemu dengan satu keluarga itu sekitar tiga bulan yang lalu saat penyemprotan disinfektan. "Kebetulan waktu itu ada penyemprotan disinfektan," sebutnya.

Menunggak listrik

Asiung menyebut sempat menegur salah satu korban, yakni Dian karena ada surat dari PLN soal tunggakan bayar listrik pada 31 Agustus 2022. Setelah itu, Asiung mengaku berkomunikasi dengan Dian pada 5 September 2022 untuk mengingatkan agar membayar listrik agar tidak diputus.

"Dia ada tunggakan dari PLN, saya terima (surat teguran PLN) pada 31 Agustus. Saya ingatkan lagi ke anaknya (Dian), 'tolong diurus jangan sampai diputus (listriknya)," kata Asiung.

"Dibalas tanggal 5 September, 'Iya om, baik om, maaf ngerepotin. Nanti saya kabarin lagi' seperti itu jawaban dari si anak," sambungnya.

Setelah itu, Asiung mengatakan keluarga tersebut sempat membayar listrik sebesar Rp 300 ribu. Namun, pada Oktober 2022, mereka meminta petugas PLN memutus aliran listriknya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved