Tragedi Kanjuruhan
Ketum PSSI Iwan Bule Sebut Mundur Berarti Pengecut, Mahfud MD: Mereka Mau Undur Diri Melalui KLB
Mahfud MD meminta Iwan Bule mundur jika masih punya tanggungjawab moral. Sementara itu, sang Ketua Umum PSSI menganggap mundur berarti pengecut.
TRIBUNLOMBOK.COM - Sudah lebih dari satu bulan sejak Tragedi Kanjuruhan terjadi.
Aparat kepolisian masih terus melakukan proses penyelidikan tragedi Kanjuruhan yang menelan 135 korban jiwa.
Perlu diketahui, Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada awal Oktober 2022 itu membuat lebih dari 700 orang mengalami luka-luka.
Enam tersangka sudah ditetapkan oleh aparat kepolisian.
Terdapat nama Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita diantara enam tersangka itu.
Hingga berita ini ditulis, belum ada tambahan tersangka baru.
Selain itu, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) juga telah merilis hasil investigasi dan rekomendasi terkait Tragedi Kanjuruhan.
Salah satu rekomendasinya adalah meminta Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan atau Iwan Bule beserta jajarannya untuk mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab moral.
Mengenai rekomendasi tersebut, Iwan Bule sempat memberikan tanggapannya.
Ia menegaskan tak akan mundur dari jabatannya. Menurutnya, mundur berarti seorang pecundang yang lari dari persoalan.
Baca juga: Mori Hanafi Menilai Wacana KLB PSSI Nusa Tenggara Barat Sarat Muatan Politis
"Mundur menurut kami tidak menyelesaikan masalah. Kita tunggu KLB nanti ada pencalonan (Ketua Umum)," kata Mochamad Iriawan, saat bertandang ke Menara Kompas pada Jumat (28/10/2022).
"Kalau saya mundur, saya pengecut, saya pecundang. Bisa saja saya mundur kemudian tidur pulang ke rumah. Bagaimana mungkin saya meninggalkan apa yang terjadi sekarang," tambahnya seperti dikutip dari Kompas.
Iwan Bule mengklaim, dirinya sudah bertanggung jawab atas tragedi yang terjadi pada 1 Oktober itu.
Bentuk tanggung jawab itu adalah berada di Malang selama delapan hari usai Tragedi Kanjuruhan.
"Saya delapan hari berada di Malang. Anak istri saya menangis ketika itu. Mereka meminta saya tidak ke Malang karena situasi masih berkabung dan tidak stabil. Namun, saya tetap ke sana," jelas dia.