Tragedi Halloween
Profil Lee Ji Han yang Tewas di Tragedi Halloween Itaewon, Terkenal di Indo Lewat Iklan White Cofee
Lee Ji Han masuk dalam daftar korban tewas tragedi Halloween Itaewon, Korea Selatan. Ia terkenal di Indonesia setelah muncul di iklan White Cofee.
TRIBUNLOMBOK.COM - Tragedi Halloween Itaewon Seoul, Korea Selatan telah menelan lebih dari 100 korban jiwa.
Nama aktor Lee Ji Han masuk dalam daftar ratusan korban tewas tragedi Halloween Itaewon tersebut.
Seperti diketahui, tragedi Halloween Itaewon ini terjadi pada hari Sabtu (29/10/2022) malam.
Sedangkan kabar meninggalnya Lee Ji Han diumumkan oleh Kim Do Hyun dan Park Hee Seok.
Mereka bertiga sama-sama berpartisipasi dalam Produce 101 Season 2.
Lee Ji Han sendiri sempat menjadi kontestan Produce 101 pada tahun 2017 silam.
Menurut keduanya, Lee Ji Han meninggal dunia dalam usia 25 tahun.
"Jihan telah pergi meninggalkan kita dan pergi ke tempat yang damai. Tolong ucapkan selamat tinggal padanya di perjalanan terakhirnya," tulis mereka seperti dikutip dari Kompas.
Kim Do Hyun juga menulis ucapan dukanya kepada keluarga korban tragedi Itaewon.
"Semoga semua korban yang meninggalkan dunia ini terlalu dini karena tragedi Itaewon beristirahat dalam damai," tulis Kim Do Hyun.
Baca juga: Mahasiswi asal Indonesia Ceritakan Detik-detik Mencekam saat Tragedi Halloween di Itaewon Korea
"Saya tidak berani memahami perasaan keluarga yang ditinggalkan, tetapi saya ingin menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada mereka," tulisnya lagi.
Wajah Lee Ji Han dikenal sebagai kontestan Produce 101 season 2.
Saat itu dia merupakan trainee dari Pan Entertainment.
Lee Ji Han tereliminasi di episode 5 setelah jatuh ke posisi 98.
Setelah tampil di Produce 101 season 2, Lee Ji Han memutuskan untuk mundur dari Pan Entertainment dan bergabung dengan WIDMAY Entertainment.
Sebelumnya, Lee Ji Han diketahui pernah membintangi web drama Today Was Another Nam Hyun Day.
Di Indonesia sendiri, wajah Lee Ji Han dikenal lewat iklan Luwak White Cofee bersama Mawar de Jongh dan Beby Tsabina.
154 Meninggal Dunia
Update korban tewas dalam tragedi Halloween Itaewon, Seoul, Korea Selatan mencapai 154 orang dan 132 orang terluka, hingga Minggu (30/10/2022) malam.
Jumlah korban Itaewon ini bertambah satu orang dari update sebelumnya menurut data dari Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Korea Selatan seperti dilansir Tribunnews via CNN.
Dari total korban tewas, 98 di antaranya perempuan dan 56 laki-laki.
Pemerintah Korea Selatan juga sedang menangani ribuan laporan mengenai orang hilang setelah insiden Itaewon, kawasan turis asing yang dekat dengan pangkalan militer Amerika Serikat.
Baca juga: Tragedi Halloween Itaewon: Ratusan Orang Sesak Napas dan Henti Jantung Seusai Terlibat Saling Dorong
Sebagian besar korban meninggal dunia merupakan wanita muda berusia 20-an.
Dari jumlah tersebut, tercatat 26 orang merupakan warga asing dari 14 negara di antaranya 5 dari Iran, 4 dari Cina, 4 dari Rusia, 2 dari Jepang, 2 dari Amerika Serikat.
Kemudian dari Australia, Austria, Prancis, Kazakhstan, Norwegia, Sri Lanka, Thailand, Uzbekistan, dan Vietnam masing-masing satu orang.
Foto dan video memperlihatkan orang-orang berdesak-desakan dan korban bergelimpangan.
Belasan ribu atau ratusan ribu orang berkumpul di kawasan "desa gay" itu, berdesak-desakan di jalan yang sempit.
Inilah adalah salah satu tragedi desak-desakan yang mengerikan, yang mengingatkan publik Indonesia mengenai tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur seperti dikutip dari Tribunnews.
Ratusan Orang Sesak Napas dan Henti Jantung
Insiden yang terjadi pada Sabtu (29/10/2022) itu bermula ketika 100.000 orang memadati sebuah gang sempit di daerah Itaewon.
Mereka merayakan pesta Halloween pertama di Korea Selatan sejak pandemi Covid-19.
Sekira pukul 22.22 waktu setempat, keadaan darurat pertama dilaporkan.
Kala itu, ratusan orang memadati gang sempit dekat Hotel Hamilton, Itaewon.
Jumlah massa semakin banyak setelah beberapa orang keluar dari hotel.
Selain itu, ada juga orang dari stasiun bawah tanah Itaewon.
Sontak, aksi saling dorong tak bisa terhindarkan.
Beberapa orang kemudian terjatuh akibat hal tersebut.
Baca juga: Fakta Tragedi Halloween Itaewon: Lebar Gang Hanya 4 Meter, Ambulans Kesulitan Jangkau Para Korban
Akibatnya, ada orang yang tertindih oleh massa lain.
Hal itu membuat beberapa korban mengalami sesak napas dan henti jantung.
Laporan yang didapat Hindustan Times mengungkapkan, lebar gang Itaewon di lokasi tragedi Halloween Korea hanya empat meter.
Bahkan, mobil sedan pun susah masuk.
Ambulans kesulitan menjangkau lokasi karena padatnya massa.
Polisi kemudian naik ke atap mobil untuk memerintahkan massa memberi jalan bagi ambulans dan meninggalkan lokasi.
Oleh karena ambulans tak kunjung mencapai lokasi, tenaga medis darurat dibantu warga sekitar yang sedang melintas melakukan CPR kepada para korban.
"Jumlah korban yang tinggi akibat dari banyak orang terinjak-injak selama acara Halloween," kata petugas pemadam kebakaran Choi Seong-beom kepada wartawan di tempat kejadian pada Minggu pagi, menambahkan bahwa jumlah korban tewas bisa bertambah.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun tv lokal YTN, Lee Beom-suk sebagai dokter yang memberikan pertolongan pertama kepada para korban menggambarkan kekacauan di tragedi Halloween Itaewon seperti dikutip dari Kompas.
"Ketika saya kali pertama mencoba CPR, ada dua korban tergeletak di trotoar.
Tapi jumlahnya langsung melonjak setelah itu, melebihi jumlah responden pertama di tempat kejadian," kata Lee, dikutip dari kantor berita AFP.
"Banyak orang di sekitar datang untuk membantu kami dengan CPR."
"Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata," tambahnya.
"Begitu banyak wajah korban pucat. Saya tidak bisa menemukan denyut nadi atau napas mereka dan banyak dari hidungnya berdarah.
Ketika saya mencoba CPR, saya juga memompa darah keluar dari mulut mereka,"
Baca juga: Kondisi Itaewon Setelah Tragedi Halloween: Garis Polisi Terpasang, Banyak Barang Pribadi Tertinggal
Foto-foto AFP dari lokasi tragedi Halloween Itaewon menunjukkan sejumlah jenazah tersebar di trotoar ditutupi kain, dan pekerja darurat mengenakan rompi oranye mengangkut lebih banyak mayat dengan tandu ke dalam ambulans.
(Kompas/ Tribunnews)