Corona di Indonesia

Ini Gejala Covid-19 XBB, Varian Lebih Menular dari Omicron yang Sudah Terdeteksi di Indonesia

Varian Covid XBB lebih cepat menular tetapi tingkat fatalitasnya rendah meskipun demikian masyarakat diminta tetap waspada

TribunLombok.com/Sirtupillaili
Ilustrasi. Salah seorang warga dites swab antigen oleh petugas saat penyekatan di perbatasan Kota Mataram dengan Lombok Barat, Kamis (20/5/2021). Varian Covid XBB lebih cepat menular tetapi tingkat fatalitasnya rendah meskipun demikian masyarakat diminta tetap waspada. 

Kasus pertama Covid-19 Subvarian Omicron XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal, terdeteksi pada seorang perempuan, berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menyusul temuan ini, Kemenkes bergegas melakukan upaya antisipatif dengan melakukan testing dan tracing terhadap 10 kontak erat.

"Hasilnya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif Covid-19 varian XBB," tegasnya.

Baca juga: Gagal Ginjal Akut pada Anak Tidak Terkait Vaksin Maupun Dampak Infeksi Covid-19

Waspada Kenaikan Kasus di Awal 2023

Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia pada Juli hingga Agustus 2022 lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya.

Namun kewaspadaan perlu tetap dilakukan karena akan menghadapi awal tahun 2023 yang biasanya kasus melonjak pasca libur natal dan tahun baru.

“Ujiannya nanti akan kita lihat di awal tahun depan karena beberapa varian baru seperti BA.2.7.5 sudah terjadi di India,” ujar Menkes Budi pada Capaian Kinerja Pemerintah tahun 2022 yang disampaikan secara virtual, Jumat (21/10/2022) di Jakarta.

Kenaikan kasus nampak di negara tetangga Indonesia seperti Singapura, sehingga Indonesia harus tetap waspada.

Kenaikan kasus Covid-19 di Singapura yang tadinya hanya ratusan kasus sekarang naik menjadi 6.000 kasus per hari, lebih tinggi dari kenaikan kasus di Indonesia yang cuma 2.000 kasus per hari.

Di bulan Juli hingga Agustus 2022 hampir seluruh dunia mengalami kenaikan yang tinggi karena varian Omicron B4 dan B5. Sementara di Indonesia pada bulan tersebut termasuk satu dari beberapa negara seperti India dan Cina yang kenaikannya sangat sedikit.

Dikatakan Menkes, hal itu disebabkan karena memang strategi penanganan pandemi di Indonesia yang relatif baik.

Selama enam bulan dari awal tahun itu Indonesia tidak mengalami lonjakan masus, padahal biasanya enam bulan awal merupakan siklus kenaikan gelombang karena ada varian baru.

“Jadi artinya memang Indonesia sudah berhasil menangani pandemi dengan recovery lebih baik. Terutama di bulan Juli hingga Agustus ini masih ada tantangan karena varian baru masih akan tumbuh,” ucap Menkes Budi.

Menurut Menkes Budi, Indonesia beruntung karena vaksinasi di Indonesia sangat baik.

Sekarang sudah 440 juta dosis disuntikkan ke lebih dari 204 juta populasi kita, sehingga imunitas dari masyarakat kita baik.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved