Berita Nasional

Hadiri AICIS, Gus Yaqut Minta Kaum Intelektual Suguhkan Argumentasi Rekontekstualisasi Islam

Gus Yaqut mendorong berkembangnya wacana rekontekstualisasi Islam melalui wahana-wahana akademik dan intelektual, seperti kegiatan AICIS ini.

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM/LALU HELMI
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas saat membuka Konferensi Studi Islam Internasional atau AICIS ke-21 di Kampus UIN Mataram. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menitipkan sejumlah pesan untuk kelompok intelektual dalam kegiatan Konferensi Studi Islam Internasional atau AICIS ke-21 di Kampus UIN Mataram.

Gus Yaqut mendorong berkembangnya wacana rekontekstualisasi Islam melalui wahana-wahana akademik dan intelektual, seperti kegiatan AICIS ini.

Politikus PKB itu mengatakan, pihaknya terus mendorong terbentuknya konsensus-konsensus di antara kekuatan-kekuatan politik global untuk mendukung upaya rekontekstualisasi Islam.

Selanjutnya melegitimasi pandangan-pandangan Islam yang berkesesuaian dengan konteks kekinian dan nilai-nilai kemanusiaan. 

Baca juga: Cara Pemprov NTB Genjot PAD 2022, Beri Insentif PKB hingga Penguatan BUMD

"Kami juga mendorong tumbuhnya gerakan sosial di tingkat akar rumput untuk menerima nilai-nilai kemanusiaan sebagai nilai universal yang mempersatukan seluruh umat manusia serta mengoperasikannya dalam kehidupan sosial budaya yang nyata."

"Karena yang dihadapi adalah masalah global, maka strategi yang dibuat untuk menghadapinya harus berskala global pula," kata Menag saat membuka agenda AICIS di Kampus UIN Mataram, Kamis (20/10) malam.

Selanjutnya peta jalan yang dihasilkan dalam AICIS ini bisa dieksekusi dengan melibatkan pemimpin dunia, bukan hanya pemimpin agama dan bukan hanya pemimpin Islam saja.

Tetapi seluruhnya secara eksklusif termasuk para pemimpin politik, pemimpin organisasi sosial dan pusat-pusat pendidikan.

Baca juga: Bentuk Kekerasan Seksual di Peraturan Menag: Lelucon, Siulan, hingga Tatapan Bernuansa Pelecehan

Ia menilai, wawasan Islam klasik didominasi oleh pandangan yang menempatkan nonmuslim sebagai pihak yang harus dicurigai dan diwaspadai.

Sementara di satu sisi, wawasan Islam klasik memiliki otoritas dan sangat kuat di mata umat Islam dan dianggap sebagai standar dalam Islam.

Karena itulah dibutuhkan argumentasi yang kokoh secara akademis dan dukungan legitimasi yang kuat secara global untuk meninggalkan wawasan yang klasik tersebut.

"Dengan demikian saya memberikan dukungan penuh kepada AICIS ini dan tentu dukungan sekaligus harapan. Jadi jangan sampai akhirnya kita selenggarakan dengan susah payah, namun hanya akan menghasilkan paper saja. Saya harapkan AICIS ini dapat berbicara banyak," ujarnya.

(*)

Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved