Tragedi Kanjuruhan
Beda Penjelasan Polri dan Komnas HAM Terkait Penyebab Tewasnya 132 Orang dalam Tragedi Kanjuruhan
Polri sebut penyebab 132 korban tewas di tragedi Kanjuruhan karena kekurangan oksigen. Sementara itu, Komnas HAM sebut penyebab utamanya gas air mata.
TRIBUNLOMBOK.COM - Beberapa pihak telah mengungkap penyebab meninggalnya 132 orang dalam tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022).
Polri mengatakan bahwa korban kericuhan pascapertandingan Arema Vs Persebaya itu meninggal dunia karena kekurangan oksigen.
Sementara Komnas HAM mengatakan bahwa penyebab utamanya karena gas air mata.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut penjelasan lengkap kedua pihak tersebut:
Polri: Penyebab Meninggal Bukan Gas Air Mata
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menjelaskan soal penggunaan gas air mata yang sudah kedaluwarsa.
Dedi mengaku bahwa gas air mata yang digunakan di Stadion Kanjuruhan sudah kadaluwarsa sejak tahun lalu.
"Ada beberapa yang ditemukan (gas air mata) tahun 2021, saya masih belum tahu jumlahnya, tapi ada beberapa,” kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Senin (10/10/2022) seperti dikutip dari Kompas TV.
Kendati demikian, ia menjamin gas air mata yang digunakan saat itu lebih banyak yang masih berlaku masa pakainya.
Tapi, menurut dia, gas air mata kedaluwarsa berbeda dengan makanan kedaluwarsa yang menimbulkan jamur dan bakteri, sehingga bisa mengganggu kesehatan.
Baca juga: Pernyataan Polri Soal Tragedi Kanjuruhan: Gas Air Mata Kadaluwarsa Hingga Penyebab 131 Korban Tewas
Pada gas air mata yang berbahan dasar kimia, lanjut Dedi, kebalikan dari sifat makanan jika telah kedaluwarsa karena kadar kimianya berkurang, sehingga efektivitasnya juga berkurang ketika ditembakkan.
Ketika gas air mata sudah kedaluwarsa ditembakkan, Dedi menyebut, akan terjadi partikel-partikel seperti serbuk bedak.
Ketika terjadi ledakan, maka timbul partikel-partikel lebih kecil yang dihirup. Kemudian ketika mengenai mata mengakibatkan perih.
"Jadi, kalau misalnya sudah expired, justru kadarnya berkurang secara kimia, kemudian kemampuan gas air mata ini juga menurun," kata Dedi.
Polri mengatakan bahwa para korban tragedi Kanjuruhan tewas karena kekurangan oksigen.
Mereka juga membantah jika gas air mata yang menjadi penyebab kematian para korban.
Menurut Dedi, keterangan terkait penyebab sudah berdasarkan kesaksian dari ahli kedokteran.
“Dari penjelasan para ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban, baik korban yang meninggal dunia maupun korban yang luka, dari dokter spesialis penyakita dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen,” kata dia, Senin (10/10/2022) seperti dikutip dari Kompas.
Menurut Dedi, para korban kekurangan oksigen karena berdesak-desakan.
Polri menyatakan bahwa faktor itulah yang membuat para korban meninggal dunia.
“Terjadi berdesak-desakan terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen di pada pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini yang jadi korbannya cukup banyak,” ujar Dedi.
Ia pun menyampaikan, berdasarkan penjelasan para ahli kedokteran, dampak dari gas air mata tidak mematikan, tetapi menyebabkan iritasi.
Baca juga: Sempat Sebut Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan Sesuai Prosedur, Kapolda Jatim Kini Dicopot Kapolri
Di dalam gas air mata juga tidak ada toksin atau racun yang mengakibatkan seseorang meninggal dunia.
“Ketika kena gas air mata pada mata khususnya memang terjadi iritasi, sama halnya seprti kita kena air sabun, terjadi perih tapi pada beberapa waktu bisa langsung sembuh dan tidak mengakibatkan kerusakan yang fatal,” kata dia.
Komnas HAM: Penyebab Utama Gas Air Mata
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam menegaskan gas air mata menjadi penyebab utama yang membuat 132 orang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan.
Temuan tersebut berdasarkan hasil investigasi Komnas HAM yang terjun langsung ke lapangan dengan menemui beberapa korban hingga personel Brimob.
Hal ini disampaikan Anam usai bertemu Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/10/2022) malam.
“Kami pertegas ini bahwa kenapa peristiwa Kanjuruhan, tragedi kemanusiaan Kanjuruhan 132 orang meninggal itu, penyebab utamanya apa? Penyebab utamanya adalah gas air mata,” ungkap Anam seperti dikutip dari Kompas.
Anam menyatakan, gas air mata yang ditembakan ke arah tribune penonton hingga kerumunan massa membuat mereka mengalami kepanikan.
Ketika panik, mereka kemudian berlari menuju pintu keluar sembari menahan sakit mata dan dada akibat tembakan gas air mata.
Ketika massa berada di pintu keluar, mereka justru berdesak-desakan tidak bisa keluar dan akhirnya korban berjatuhan.
“Di titik itulah banyak korban berjatuhan,” ungkap Anam.
Baca juga: Ungkap Penyebab Tewasnya 131 Korban Tragedi Kanjuruhan, Polri: Tak Satupun Dokter Sebut Gas Air Mata
Anam juga mengaku mempunyai semua informasi perihal penembakan gas air mata, baik penembakan gas air mata di dalam maupun di luar stadion.
“Kami menemukan semua informasi soal gas air mata, mau di luar stadion, di dalam stadion, jam berapa dan lain sebagainya,” imbuh dia.
(Kompas/ Kompas TV)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/Gate-13-Stadion-Kanjuruhan-2221.jpg)