Wisata Lombok
Mengenal Maulid Adat Bayan di Lombok Utara, Menutu Bisok Menik hingga Praje Mulud
Masyarakat Adat Bayan di Kabupaten Lombok Utara memiliki tradisi unik untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid Adat ini kental nuansa budaya.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Sirtupillaili
Menutu ini biasanya dipimpin langsung oleh Inan Menik atau seseorang yang diberikan mandat oleh Inan Menik.
Padi yang ditumbuk pertama kali saat ritual menutu pun tidak sembarangan.
Padi yang ditumbuk perdana adalah padi lokal yang ditanam di Desa Senaru.
Sejumlah perempuan dari desa adat kemudian akan melakukan ritual menutu di wadah yang disebut rantok beleq.
Ritual tersebut akan diiringi dengan tabuhan Gendang Gerantung.
Ditabuhnya gendang gerantung merupakan salah satu petanda mulud adat telah dimulai.
Setelah ritual menutu selesai dilakukan, selanjutkan sisa-sisa tumbukan padi atau dedaq beserta bambu menutu ke sungai yang berjarak 500 meter dari kampung.
Kemudian pada malam hari di perayaan maulid adat hari pertama, akan dilakukan dua prosesi adat yang bertempat di Masjid Kuno Bayan Beleq.
Ritual pertama adalah pemasangan tunggul atau umbul-umbul di empat penjuru masjid.
Setiap tunggul memiliki makna filosifis tersendiri.
Keempat tunggul tersebut dipasang masing-masing pranata adat atau anak keturunan dari empat generasi (pembekelan) yang terhimpun.
Adapun keempat pembekelan tersebut adalah Amaq Lokak Pande di arah tenggara, Amaq Lokaq Penguban di Barat Daya, Amaq Lokaq Walin Gumi di Barat Laut, Amaq Lokaq Karang Bajo di Timur Laut.
Setiap pembekelan bertanggung jawab memasang setiap tunggul sebagai simbol persatuan.
Pemasangan tunggul ini juga diiringi tabuhan gendang gerantung.
Setelah pemasangan tunggul selesai, maka akan dilakukan tradisi presean atau oleh masyarakat setempat disebut temetian.