Tragedi Kanjuruhan
Tragedi di Lima dan Accra Terulang di Malang, Gas Air Mata Picu Ratusan Kematian Suporter Sepak Bola
Tragedi yang tewaskan ratusan suporter sepak bola seperti di Kanjuruhan juga pernah terjadi di Lima dan Accra. Penyebabnya sama-sama gas air mata.
Saat kejadian, terowongan menurun ke gerbang Estadio Nacional segera diserbu para suporter yang panik. Nahasnya, saat ada pertandingan berlangsung, gerbang keluar selalu ditutup.
Suporter terus berebut menyelamatkan diri ketika masih ada kerumunan suporter lain yang terjebak di gerbang dan terowongan. Gerbang itu kemudian terbuka akibat kuatnya dorongan manusia yang berdesakan.
Kericuhan suporter yang ingin menyelamatkan diri dari gas air mata polisi membuat 328 orang tewas.
Usai kejadian, komandan polisi yang memerintahkan tembakan gas air mata, Jorge Azambuja, dihukum penjara 30 bulan.
Baca juga: Ketua PSSI NTB Prihatin Tragedi di Kanjuruhan Malang, Berharap Liga 3 NTB Tak Kena Imbasnya
Accra 2001: Lemparan Kursi ke Lapangan Dibalas Tembakan Gas Air Mata
Tragedi Accra 2001 terjadi ketika pertandingan antara klub Accra Hearts of Oak Sporting Club vs Asante Kotoko di arena pertandingan di Ohene Djan Sports Stadium, Ghana. Sebagaimana disarikan Citi FM Online, kericuhan bermula ketika klub tuan rumah mencetak gol kemenangan pada menit akhir.
Suporter Asante Kotoko yang kecewa melemparkan kursi-kursi plastik dan botol ke lapangan. Polisi membalasnya dengan tembakan gas air mata.
Gas air mata polisi membuat ribuan suporter panik berebut keluar stadion. Saling injak terjadi dan menyebabkan 126 orang meninggal dunia.
Penyelidikan usai kejadian menyimpulkan bahwa polisi bersalah atas reaksi berlebihan terhadap kelakuan suporter. Enam personel polisi didawka dengan kasus pembunuhan, tetapi kemudian dibebaskan.
Komisi penyelidikan juga menyimpulkan berbagai faktor lain yang membuat tragedi ini terjadi, serta merilis rekomendasi peningkatan fasilitas keamanan dan medis di stadion.
Kapolda Jatim: Sudah Sesuai Prosedur
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Nico Afinta memastikan penembakan gas air mata sudah sesuai prosedur.
Nico menjelaskan ada oknum suporter yang merangsek turun ke lapangan.
Oknum suporter tersebut kemudian berbuat anarkis hingga berusaha menyerang aparat.
Penembakan gas air mata polisi lakukan sebagai upaya untuk menghalau serangan oknum suporter tersebut.