Peneliti Australia Sebut Suku Sasak Sangat Toleran, Hidup Damai dengan Warga Hindu-Bali
Peneliti asal Australia Dr James Stevenson Bennett menilai masyarakat Suku Sasak sangat toleran dan bisa hidup damai dengan suku lain.
TRIBUNLOMBOK.COM - Peneliti asal Australia Dr James Stevenson Bennett menilai masyarakat Suku Sasak di Lombok sangat toleran dan bisa hidup damai dengan suku lain.
Hal ini mengemuka dalam Studium Generale Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Selasa (13/9/2022).
Acara ini mengangkat tema "Dakwah Moderat dan Merawat Tradisi Akademik untuk Memperkokoh Integrasi Kebangsaan."
Dr James Stevenson Bennett dan Kepala Dinas Sosial NTB Dr Ahsanul Khalik menjadi nara sumber dalam acara ini.
Dalam pertemuan itu, Dr James Stevenson Bennett memaparkan hasil penelitiannya tentang masyarakat Suku Sasak di Lombok yang hidup damai dengan masyarakat Hindu Bali.
Baca juga: Menilik Perang Api, Tradisi Jelang Hari Raya Nyepi Umat Hindu Lombok Penolak Wabah Penyakit
Dalam kajianya, dia melakukan kajian terkait sejarah Mayura dan berbagai adat istiadat yang berkembang pada masyarakat sasak.
Dikutip dari rilis Dinas Sosial Provinsi NTB, James Stevenson Bennett menyampaikan, Suku Sasak tempo dulu sangat ramah terhadap berbagai jenis budaya yang masuk.
Hal itu dibuktikan dengan motif-motif kain yang ada di Suku Sasak yang banyak didominasi dari India.
Sementara itu, Dr Ahsanul Khalik dalam paparannya menyampaikan pesan kepada mahasiswa-mahasiwi UIN Mataram untuk berbuat baik kepada semua orang.
"Allah memerintahkan bukan berbuat baik bukan hanya kepada mereka yang memeluk agama Islam saja. Melainkan kepada semua orang, tanpa membedakan suku, rasa, dan jenis kelamin," katanya.
Baca juga: Bupati Lombok Barat Launching Program Kabarku Pasti untuk Umat Hindu
Memperliatkan wajah Islam yang teduh, kata Khalik, dapat ditunjukan dengan menyebarkan nilai-nilai dakwah moderat.
"Saling menghargai serta tidak mengandung nilai kekuasaan berlebih," katanya.
Dakwah menurutnya tidak hanya dilakukan melalui tempat ibadah, melainkan dengan menunjukkan sikap dan perilaku.
Sehingga dengan demikian. dia yakin tidak akan ada lagi kelompok-kelompok yang radikal.
"Dakwah moderat harus dipahami sebagai suatu sikap dakwah yang memberi nilai pada yang berseberangan pada bagian tertentu," katanya.
Artinya memberi nilai tidak lebih dari porsi semestinya.
Tidak menghakimi dan memuliakan manusia, serta hidup rukun damai dalam keragaman.
Di sela pemaparannya tentang dakwah moderat, Khalik menyampaikan pengalamannya menyelesaiakan berbagai konflik yang mengatas namakan agama.
Kala itu dia menjadi camat Cakranegara, Kota Mataram.
"Prinsipnya melalui penguatan pemahaman kepada semua pihak yang berkonflik, tidak menjadikan diri sebagai bagian dari konflik dengan memihak golongan tertentu saja," katanya.
Menurutnya, penyelesaian konflik harus melalui pendekatan memahami nilai-nilai yang diyakini masing-masing pihak.
Serta mempertemukan kesesuaian dan kesamaan universal yang dimiliki.
Dalam studium generale ini hadir Rektor UIN Mataram Prof Masnun Tahir.
Dekan Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram Dr Muhammad Saleh, MA.
Kemudian para wakil dekan, para ketua jurusan dan para dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram.
Serta mahasiswa-mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram.
(*)