Imbas Kenaikan BBM Sektor Pariwisata, Kadispar Lotim: Perkuat Kepariwisataan Berbasis Lokal

Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur mengantisipasi dampak kenaikan BBM di sektor pariwisata.

TribunLombok.com/Sirtupillaili
Seorang pengunjung menikmati suasana sore hari di Praja Coffee, Desa Loyok, Sabtu (28/8/2021). Tempat ini masih satu kawasan dengan Desa Wisata Tetebatu, Lombok Timur. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan berdampak ke berbagai sektor, termasuk pariwisata.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Lombok Timur Iswan Rakhmadi mengatakan, hal utama yang akan diperkuat adalah mengenai Basic Community.

"Basic Community kita yang harus diperkuat, yaitu nilai-nilai yang tumbuh di masyarakat kita, jadi tidak melulu kita mengandalkan kunjungan wisatawan luar negeri," ucap Iswan, saat dikonfirmasi TribunLombok.com, Selasa (13/9/2022).

Lebih jauh dia mencontohkan, event Bejeleng Minyak yang digelar masyarakat Lendang Nangka karena sudah menjadi tradisi dan budaya warga setempat.

Artinya yang pasti hadir pada event ini adalah dari masyarakat sekitar seperti Masbagik, Sikur, dan sebagainya.

"Kebanyakan memang untuk mereka event itu, walaupun memang ada tamu dari Jakarta, tetapi kalau misalkan tidak hadir ya nggak ada masalah," ucapnya.

Baca juga: Kenaikan Harga BBM Tidak Mempengaruhi Biaya SPP Santri Ponpes NWDI di Lombok Timur

Namun memang kehadiran banyak orang menjadi landasan dinas pariwisata membuat event.

Lebih jauh Iswan tidak menafikkan sektor pariwisata sangat terdampak kenaikan harga BBM ini.

"Sektor pariwisata itu sektor yang sensitif, kenaikan harga BBM ini berdampak, tetapi membangun nilai orisinil yang tumbuh di masyarakat kita adalah kunci mengatasi persoalan tersebut," terangnya.

Dalam hal ini dinas pariwisata berusaha menguranginya dengan cara membangun sektor pariwisata dengan nilai orisinil.

"Jika nilai orisinil sudah tertanam, sektor kepariwisataan kita akan berjalan sendiri. Tetapi kalau semata-mata kita mengandalkan wisatawan luar ya repot," tuturnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, berbicara sektor wisata memang bukan hanya masalah BBM yang mempengaruhi.

Isu lain juga mempengaruhi, termasuk perang Rusia dan Ukraina yang saat ini terjadi.

"Di Lombok Timur sendiri, kita merasakan dampak dari pengalihan BBM ini, namun lama-lama juga akan terbiasa, dan kita akan menyesuaikan diri dengan situasi itu nantinya," katanya.

Jika sektor wisata hanya mengandalkan tamu dari luar dan melupakan wisatawan lokal, hal itu juga tidak baik.

"Dengan event belanjakan di Masbagik kita lihat kemarin juga ramai, karena yang ditegaskan adalah menciptakan pariwisata yang memiliki nilai lokal," tegasnya.

Artinya, kata Iswan, itulah yang dimaksud segmentasi pasar pariwisata di Lombok Timur.

Orang-orang yang secara komunitas tidak terlalu jauh dari nilai tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat.

"Sekitar pulau Lombok itu yang kita tawarkan, sehingga destinasi wisata di Lombok Timur lebih menawarkan konsep natural seperti di desa-desa. Kalau tidak punya basik segmentasi pasar seperti itu, repot kita memang," ungkapnya.

Karena jika hanya fokus terhadap event-event yang bersekala internasional, bisa jadi akan mengalami dampak yang besar dari kenaikan BBM ini.

"Artinya memang tentu suasana ini akan butuh penyesuaian, karena memang setiap yang berubah akan sedikit terjadi pergesekan, namun dia akan ada penyesuaian seiring waktu berjalan," tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved