Kematian Brigadir J

Profil Eks Kapolres Jaksel Kombes Budhi Serta Perannya di Kasus Ferdy Sambo yang Membuatnya Dicopot

Kombes Budhi dicopot dari posisinya sebagai Kapolres Jakarta Selatan karena kasus Ferdy Sambo, berikut peran beserta profil lengkapnya.

Editor: Irsan Yamananda
Kolase Tribun Jakarta
Dari kiri: Brigadir J, Kombes Budhi dan Irjen Ferdy Sambo. Kombes Budhi dicopot dari posisinya sebagai Kapolres Jakarta Selatan karena kasus Ferdy Sambo, berikut peran beserta profil lengkapnya. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Publik tengah heboh membahas sosok Kapolres Metro Jakarta Selatan (Jaksel) Kombes Budhi Herdi Susianto dalam beberapa hari terakhir.

Pasalnya, Kombes Budhi terseret dalam kasus pembunuhan Brigadir J yang membuat  Ferdy Sambo menjadi tersangka.

Kombes Budhi merupakan salah satu polisi yang dicopot dari jabatannya karena dianggap tidak profesional dalam penanganan kasus Brigadir J.

Sebelum dicopot, Kombes Budhi lebih dulu dinonaktifkan dari jabatannya.

Dia dimutasi ke Pelayanan Markas (Yanma) Polri.

Kini, Kombes Budhi ditempatkan di tempat khusus, Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob), Depok, Jawa Barat.

Berikut profil lengkap Kombes Budhi beserta perannya dalam kasus Ferdy Sambo.

Profil Lengkap Kombes Budhi

Budhi dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Kapolres Metro Jakarta Selatan terhitung sejak Rabu (20/7/2022).

Dia dinonaktifkan bersamaan dengan penonaktifan Brigjen Hendra Kurniawan dari Kepala Biro Pengamanan Internal (Karo Paminal) Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri.

Baca juga: Pengacara Keluarga Brigadir J Curiga dengan Hasil Autopsi Kedua dan Ungkit Bunker Uang Ferdy Sambo

Saat itu, Irjen Ferdy Sambo baru dua hari dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Kepala Divisi Propam Polri.

Setelah sebulan dinonaktifkan, Budhi resmi dicopot dari jabatannya. Pencopotan itu tertuang dalam Surat Telegram Kapolri Nomor ST/1751/VIII/KEP/2022 tertanggal 22 Agustus 2022.

Adapun Budhi baru menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Selatan pada 17 Desember 2021. Artinya, jabatan itu hanya diemban Budhi selama 8 bulan.

Sebelumnya, sejak tahun 2019, Budhi menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Utara.

Dia juga pernah menjabat Kapolres di sejumlah wilayah lainnya seperti Kediri pada tahun 2013 dan Mojokerto pada 2014.

Pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, 16 Desember 1974 ini juga sempat menjadi salah satu penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2005.

Karier alumni Akademi Kepolisian tahun 1996 itu di Korps Bhayangkara dimulai ketika dirinya menjabat sebagai Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Polres Ainaro di Timor-Timur pada 1997 seperti dikutip dari Kompas.

Malang melintang sebagai kapolres, Budhi pernah memimpin penanganan sejumlah kasus. Terbaru, dia menggawangi kasus promosi minuman keras bernada penistaan agama oleh Holywings Indonesia pada Juni lalu.

Peran Kombes Budhi di Kasus Ferdy Sambo

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun membeberkan peran Budhi dalam kasus yang juga melibatkan Irjen Ferdy Sambo ini.

"Tanggal 12 Juli Kapolres Metro Jaksel melakukan konferensi pers terkait dengan penanganan perkara yang lebih lengkap karena Polres Metro Jaksel melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) dan melakukan pemeriksaan terhadap 4 orang saksi di TKP," ujar Sigit di ruang rapat Komisi III DPR, Senayan, Rabu (24/8/2022).

Baca juga: Polisi Ungkap Dasar Penetapan Tersangka Putri Candrawathi, Singgung CCTV di Rumah Dinas Ferdy Sambo

Sigit menjelaskan, olah TKP dan pemeriksaan saksi yang dilakukan anak buah Kombes Budhi saat itu diintervensi oleh Irjen Ferdy Sambo. Adapun lokasi TKP kematian Brigadir J adalah rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan seperti dikutip dari Kompas.

Sehingga, proses penyidikan dan olah TKP yang dilaksanakan pada kasus pembunuhan Brigadir J ini menjadi tidak profesional.

Meski mendapat intervensi dari Sambo, Budhi mengatakan, dalam jumpa pers bahwa penanganan peristiwa di Duren Tiga itu sudah sesuai dengan prosedur dan kronologis.

"Diawali dengan terjadinya pelecehan terhadap saudara PC (istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi), sehingga kemudian terjadi hal-hal seperti tadi saya sampaikan, di mana kemudian kapolres juga menyampaikan hasil otopsi sementara. Saat itu disampaikan ada perkenaan 7 luka tembak masuk dan 6 luka tembak keluar," tuturnya.

Sigit mengatakan, keterangan Budhi saat itu menimbulkaan pertanyaan. Akibatnya, hasil dari proses penyidikan oleh polisi terkesan janggal.

Dia menekankan Budhi terlalu cepat mengambil kesimpulan saat menyampaikan peristiwa di Duren Tiga itu ke publik.

"Apa yang disampaikan oleh kapolres tersebut tentunya terlalu cepat mengambil kesimpulan," kata Sigit.

Selain itu, Sigit menyebut Budhi juga terlambat datang ke tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan Brigadir J.

Hasil Autopsi Ulang Brigadir J

Hasil autopsi ulang Brigadir Yosua Hutabarat korban pembunuhan berencana yang diotaki Ferdy Sambo sudah keluar.

Pihak dokter forensik yang melakukan ekshumasi di Sungai Bahar menyampaikan hasil autopsi ulang ke Tim Khusus, Senin (22/8/2022) siang.

Berdasarkan penjelasan ketua tim autopsi ulang, Ade Firmansyah, ada dua tembakan mematikan pada Yosua.

"Satu di bagian kepala, dan satu lagi di dada," ungkap Ade Firmansyah kepada wartawan.

Baca juga: Kerap Disebut Istri Simpanan Ferdy Sambo, AKP Rita Akhirnya Buka Suara

Dia juga memastikan tidak ada luka akibat senjata tajam seperti yang diduga sebelumnya.

Semua luka yang ditemukan pada tubuh Brigadir Yosua Hutabarat, ungkapnya, akibat senjata api.

"Saya bisa yakinkan, sesuai hasil pemeriksaan kami, tidak ada luka pada tubuh Yosua selain akibat senjata api," kata Ade Firmansyah.

Dia menyebut, ditemukan lima luka tembak masuk, dan empat luka tembak keluar.

Sementara soal jarak tembak pada Yosua, dia tidak bisa mematikan.

"Ciri-ciri luka pada tubuh saat autopsi ulang itu sudah tidak bisa diinterprestasikan," katanya.

Lalu, tembakan mana yang pertama di tubuh Yosua?

Ade mengungkapkan ada informasi yang bisa mereka sampaikan, dan ada yang tidak bisa.

"Kami hanya bisa sampaikan 5 luka tembak masuk dan 4 luka tembak keluar," ujarnya.

Dia membenarkan memang ada peluru yang bersarang di tubuh anggota Polri asal Sungai Bahar itu.

Terkait autopsi ulang ini, dokter Ade mengatakan hasil lengkap sudah sampaikan tim forensik secara lengkap pada penyidik.

Kolase Foto Tribunnews: Brigadir J, Kesedihan di wajah Rosti Simanjuntak, ibunda Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, dan proses ekshumasi jenazah Brigadir J, Rabu (27/7/2022)
Kolase Foto Tribunnews: Brigadir J, Kesedihan di wajah Rosti Simanjuntak, ibunda Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, dan proses ekshumasi jenazah Brigadir J, Rabu (27/7/2022) (TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG / Tribunnews.com Abdi Ryanda Shakti))

"Kami yakinkan kepada masyarakat, kami di sini independen, tidak memihak," ujarnya.

Dia bilang, penyelesaian hasil pemeriksaan diselesaikan kurang dari empat minggu.

Dalam menjalankan tugasnya ini, dokter Ade bilang tidak ada tekanan dari manapun seperti dikutip dari TribunJambi.

(Kompas/ TribunJambi)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved