Idul Adha 2022
Kapan Puasa Arafah Dilaksanakan, Apakah Harus Mengikuti Waktu Wukuf atau Tidak?
Ditjen Bimbingan Masyarakat (Binmas) Islam, Kementerian Agama RI menyatakan pelaksanaan Puasa Arafah dilaksanakan 9 Dzulhijjah yang ditetapkan daerah.
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK - Kapan Puasa Arafah dilaksanakan ketika ada perbedaan penetapan tanggal 9 Dzulhijjah Indonesia dan Makkah, Arab Saudi.
Apakah Puasa Arafah harus mengikuti waktu wukuf di Makkah atau melaksanakan Puasa Arafah sesuai tanggal (9 Dzulhijjah) daerah setempat.
Seperti tahun 2022 ini, wukuf di Mekkah dilaksanakan hari Jumat, 8 Juli 2022 dan Idul Adha sehari setelahnya atau Sabtu, 9 Juli 2022.
Sementara di Indonesia, tanggal 9 Dzulhijjah jatuh di hari Sabtu, 9 Juli 2022 dan Idul Adha sehari setelahnya atau hari Minggu 10 Juli 2022.
Terkait persoalan ini, Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag RI melalui Instagramnya menegaskan bahwa Puasa Arafah tidak harus mengikuti waktu wukuf.
Baca juga: 4 Keutamaan Puasa Arafah, Dosa Diampuni hingga 30 Pintu Kebaikan Dibuka
Itu artinya umat Islam di Indonesia melaksanakan Puasa Arafah tanggal 9 Dzulhijjah yang bertepatan dengan Sabtu 9 Juli 2022.
Adapun dalil-dalil yang mendasari hal ini dijabarkan Ditjen Binmas Islam sebagai berikut.
1. Arafah itu nama hari dan tempat. 9 Zulhijah disebut sebagai nama Arafah sejak masa Nabi Ibrahim.
ﺛﺎﻧﻴﻬﺎ: ﺃﻥ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼﻡ ﺭﺃﻯ ﻓﻲ ﻣﻨﺎﻣﻪ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ ﻛﺄﻧﻪ ﻳﺬﺑﺢ اﺑﻨﻪ ﻓﺄﺻﺒﺢ ﻣﻔﻜﺮا ﻫﻞ ﻫﺬا ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻭ ﻣﻦ اﻟﺸﻴﻄﺎﻥ؟ ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺁﻩ ﻟﻴﻠﺔ ﻋﺮﻓﺔ ﻳﺆﻣﺮ ﺑﻪ ﺃﺻﺒﺢ ﻓﻘﺎﻝ: ﻋﺮﻓﺖ ﻳﺎ ﺭﺏ ﺃﻧﻪ ﻣﻦ ﻋﻨﺪﻙ
Kedua, bahwa ketika malam tanggal 8 Zulhijah Nabi Ibrahim as mendapat mimpi wahyu untuk menyembelih putranya, di pagi harinya Nabi Ibrahim masih berfikir-fikir tentang kebenaran mimpi itu apakah dari Allah atau datangnya dari syetan, keraguan dan berfikir ini dalam bahasa Arab adalah Tarwiyah. Pada malam taggal 9 Zulhijah Nabi Ibrahim kembali bermimpi kejadian yang sama, perintah menyembelih putranya, maka Nabi Ibrahim mengetahui bahwa mimpi tersebut adalah wahyu Allah (Tafsir al-Razi, 5/324)
2. Puasa Arafah dilakukan bukan berdasarkan tempat wukuf Arafah.
Rasulullah sudah melaksanakan puasa Arafah (puasa 9 Zulhijah) pada tahun 2 hijriah, jauh sebelum Rasulullah melakukan wukuf di Arafah pada haji wada tahun 10 hijriah.
عن أمِّ الفضلِ بنتِ الحارثِ: "أنَّ ناسًا تمارَوا عندها يومَ عَرفةَ في صومِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم؛ فقال بعضُهم: هو صائمٌ، وقال بعضُهم: ليس بصائمٍ. [أخرجه البخاري (1988) واللفظ له، ومسلم (1123)].
Diriwayatkan dari Ummi al-Fadhl binti al-Harits yang bercerita, "Sekelompok sahabat berselisih dekat Ummi al-Fadhl saat hari Arafah mengenai puasa Nabi. Sebagian mereka berpendapat Nabi berpuasa, dan sebagian lain berpendapat Nabi tidak berpuasa (HR Bukhari dan Muslim).
هذا يُشعِرُ بأنَّ صومَ يومِ عَرفةَ كان معروفًا عندهم، مُعتادًا لهم في الحضَرِ
Ini menunjukkan bahwa puasa Arafah sudah dikenal di kalangan para Sahabat dan mereka terbiasa untuk puasa saat berdomisili/tidak bepergian." (Fath Al-Bari, 4/237).
Untuk diketahui, Puasa Arafah merupakan puasa yang dilaksanakan setiap tanggal 9 Dzulhijjah.
Puasa Arafah dilakukan oleh orang yang sedang tidak melaksanakan ibadah haji atau wukuf di padang Arafah.
Sementara orang yang berhaji tidak melaksanakan puasa ini karena sedang mengerjakan rukun haji yang amat berat.
Keutamaan Puasa Arafah
Berdasarkan hadis dan beberapa riwayat yang disebutkan oleh para ulama, berikut ini adalah keutamaan-keutamaan puasa Arafah.
Pertama, dosa setahun sebelum hari Arafah dan dosa setahun berikutnya akan diampuni oleh Allah.
Ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Qatadah, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Puasa Arafah (9 Zulhijah), aku berharap kepada Allah, untuk dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan dosa setahun berikutnya. Puasa Asyura (10 Muharram), aku berharap kepada Allah, untuk dapat menghapuskan dosa setahunsebelumnya.
Kedua, puasa Arafah bernilai 1.000 hari puasa di luar Arafah.
Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Baihaqi, dari Sayidah Aisyah, dia berkata:
Rasulullah Saw pernah bersabda; (Keutamaan) puasa hari Arafah seperti puasa 1000 hari (di luar hari Arafah).
Ketiga, mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang didapatkan oleh Nabi Isa.
Ini sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah yang disebutkan dalam kitab Nuzhah Al-Majalis wa Muntakhab Al-Nafa-is berikut:
Barangsiapa yang berpuasa pada hari Arafah, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala Nabi Isa alaihissalam.
Keempat, dibukakan 30 pintu kebaikan dan 30 keburukan ditutup bagi orang yang berpuasa di hari Arafah.
Ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari Sayidah Aisyah yang disebutkan dalam kitab Nuzhah Al-Majalis wa Muntakhab Al-Nafa-is berikut:
Dari Nabi Saw, dia berkata; Sesungguhnya di surga ada istana yang terbuat dari mutiara, batu permata, batu zamrud, emas dan perak. Aku bertanya (Aisyah); Wahai Rasulullah, itu milik siapa? Rasulullah Saw menjawab; Milik orang yang berpuasa di hari Arafah. Wahai Aisyah, barangsiapa berpuasa di hari Arafahm maka Allah membukakan baginya 30 pintu kebaikan dan menutup baginya 30 pintu keburukan. Jika dia sudah berbuka dan minum air, maka setiap keringat di badannya memintakan ampun baginya.
(*)