Berita NTB

Membahayakan, Ketua DPRD NTB Minta "Joki Cilik" di Arena Pacuan Kuda Dihentikan

"Ya kami menyayangkan penggunaan joki anak pada kegiatan yang sangat membahayakan keselamatan jiwa tersebut," katanya pada Rabu, (29/6/2022).

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM/LALU HELMI
Ketua DPRD NTB Baiq Isvie Rupaeda 

Maka dibutuhkan proses untuk mengubahnya.

"Memperbaiki tradisi tidak bisa serta merta, tapi butuh proses,"kata Bang Zul.

Lebih lanjut jelas Doktor Zul, bahwa ia sering melihat pacuan kuda di luar negeri.

Sehingga ditegaskannya bahwa tidak setuju dengan adanya joki cilik.

Namun keberadaan joki cilik yang identik dengan pacuan kuda masyarakat Sumbawa, Dompu dan Bima ini sudah dianggap hal yan biasa oleh masyarakat lokal setempat.

Hal tersebut dikarenakan juga oleh ukuran dan jenis kuda di Pulau Sumbawa yang dilombakan oleh masyarakat, merupakan jenis dan ukuran kuda yang kecil, sehingga cocok untuk ditunggangi oleh joki anak-anak.

Kalau ditunggangi oleh joki dewasa maka kudanya tidak akan mampu berpacu.

Oleh sebab itu, berbagai upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah, termasuk melalui Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI).

Salah satunya memperketat aturan untuk jenis dan ukuran kuda.

Dalam olahraga pacuan kuda, sudah memiliki kelas-kelas pacuan.

Kelas F untuk dewasa dengan ukuran kuda yang besar juga.

Sehingga tambah Bang Zul, bahwa tradisi pacuan kuda di Pulau Sumbawa, tidak hanya berbicara adat dan budaya serta kearifan lokal masyarakat setempat.

Akan tetapi ada banyak aspek yang ada di dalamnya.

Salah satunya aspek sosial kemasyarakatan.

"Secara turun temurun, keluarga pemilik kuda ini terus menjaga silaturahmi para leluhurnya, baik di arena pacuan dan di luar kehidupan sehari-hari. Ini yang unik di tradisi pacuan kuda,"ucap Bang Zul.


(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved