Berita Bima

Penderita HIV/AIDS Beresiko Tinggi Akhiri Hidup, Dikes Imbau Warga Tidak Kucilkan Mereka

Dinas Kesehatan Kota Bima meminta warga agar tidak mengucilkan para penderita HIV/AIDS karena mereka rentan bunuh diri. Faktor lingkungan mempengaruhi

Penulis: Atina | Editor: Sirtupillaili
townsquare.media
Pita merah dikenakan untuk memperingati Hari AIDS Sedunia setiap 1 Desember. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Penderita HIV/AIDS beresiko tinggi mengambil langkah nekat mengakhiri hidup dibanding kelompok rentan lain.

Persoalan HIV/AIDS ini diungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima Ahmad.

Kecenderungan itu seiring dengan bertambahnya kasus HIV/AIDS di Kota Bima.

"Hapus stigma buruk terhadap pengidap HIV/AIDS. Apalagi sampai mengucilkan mereka dari interaksi sosialnya," ujar Ahmad, pada TribunLombok.com.

Pria yang baru saja menjabat ini menegaskan, penularan HIV/AIDS tidak bisa terjadi hanya dengan menjadi teman bergaul dan berinteraksi.

"Seperti yang sudah disampaikan, penularannya bisa melalui transfusi darah, hubungan seksual atau dari ASI ibu kepada bayi," jelasnya.

Baca juga: Kasus HIV/AIDS di Kota Bima Terus Meningkat, Januari-Juni 2022 Bertambah 20 Kasus

Pihaknya khawatir risiko pengidap HIV/AIDS bunuh diri sangat tinggi.

Risiko itu akan lebih tinggi jika lingkungan di sekitarnya mengucilkan para pengidap HIV/AIDS.

Belum lagi berhadapan dengan penyakit yang silih berganti kambuh karena sifat virus HIV/AIDS menyerang sistem imun tubuh penderita.

"Makanya Dinkes Kota Bima berkewajiban melatih konselor bunuh diri," ungkap Ahmad.

Ia menjelaskan, ada istilah di kementerian kesehatan untuk konseling bunuh diri.

Konseling dianggap penting, karena penderita HIV/AIDS mempunyai resiko bunuh diri.

Sehingga, petugas kesehatan harus selalu memperhatikan mereka dan memberi nasihat kepada mereka.

Menurut Ahmad, mencegah penularan HIV/AIDS bukan dengan menjauhi apalagi sampai mengucilkan penderita saat interaksi sosial.

Masyarakat cukup mengantisipasinya dengan menjaga pergaulan.

Seperti tidak melakukan hubungan intim dengan kelompok beresiko tinggi, pekerja seks komersial.

Kemudian berhati-hati saat menerima donor darah dari orang lain dan upayakan intens melakukan pemeriksan kondisi kesehatan.

"Kami di Dinkes hanya bisa sosialisasi untuk pencegahan saja, agar masyarakat ini lebih bisa menjaga diri," harap Ahmad.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima menemukan 20 kasus baru HIV/AIDS selama periode Januari-Juni 2022.

Angka tersebut meningkat signifikan bila dibandingkan sebelumnya, yang mana setiap tahun paling tinggi hanya ditemukan belasan kasus saja.

Dari 20 kasus baru HIV/AIDS tersebut, 1 di antara pasien telah dinyatakan meninggal dunia.

Dia diketahui terjangkit setelah menderita AIDS stadium 4.

"Untuk tahun 2022 kita sudah menemukan 20 kasus baru HIV/AIDS. Ini adalah kasus terbanyak, biasanya setahun itu ada belasan kasus saja," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima, Ahmad saat dikonfirmasi, Rabu (22/6/2022) lalu.

Ahmad menyebutkan, dari 20 kasus baru HIV/AIDS yang ditemukan berdasarkan hasil skrining kesehatan, tercatat 11 orang berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang perempuan.

Mereka tersebar pada 5 kecamatan di Kota Bima dengan profesi yang berbeda-beda, ada Ibu Rumah Tangga (IRT) dan pegawai pemerintahan.

Orientasi seksual dari 20 orang ini, lanjut dia, 12 orang heteroseksual atau berhubungan badan normal laki-laki dan perempuan, sedangkan 8 orang lain homoseksual.

"Setiap tahun tetap ada temuan kasus, tapi paling banyak tahun ini. Kalau tahun 2021 kemarin di bawah 20 kasus, tahun ini 1 semester saja sudah 20 kasus. Kasus-kasus ini ada di semua kecamatan di Kota Bima," pungkas Ahmad.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved