Boat Pancung, Transportasi Jadul yang Tetap Eksis di Teluk Bima
Boat atau perahu pancung, menjadi satu-satunya moda transportasi yang diandalkan warga Kabupaten Bima untuk menyeberangi Teluk Bima menuju Kota Bima.
Penulis: Atina | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Boat atau perahu pancung, menjadi satu-satunya moda transportasi yang diandalkan warga Kabupaten Bima untuk menyeberangi Teluk Bima menuju Kota Bima.
Puluhan tahun, boat pancung ini tetap eksis membelah perairan Teluk Bima.
Boat pancung di Bima, mampu mengangkut penumpang maksimal hingga 15 orang.
Tidak jarang, kendaraan roda dua seperti sepeda motor juga ikut diangkut bersama penumpang.
Baca juga: Kesultanan Bima Beri Gelar Kehormatan Bumi Nae ke Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti
Baca juga: Tegur Pemilik Motor Bising, Tukang Parkir Area Wisata Bima Dibacok
Penggeraknya, pemilik boat pancung biasanya menggunakan mesin dengan kapasitas 20 hingga 30 PK.
Mayoritas warga yang menggunakan boat pancung, berasal dari Kecamatan Soromandi dan Kecamatan Donggo Kabupaten Bima.
Dua kecamatan tersebut, letaknya berada di wilayah utara Teluk Bima dan berseberangan dengan wilayah administrasi Kota Bima.
Dari dermaga-dermaga kecil di desa-desa Kecamatan Soromandi, boat-boat pancung sejak pagi buat sudah menyusuri laut mengantar warga menuju dermaga Pelabuhan Bima.
Sebenarnya warga dua kecamatan tadi, bisa menggunakan jalur darat jika ingin ke wilayah Kota Bima.
Akan tetapi jarak tempuhnya sangat jauh dan ongkosnya tidak sedikit.
Baca juga: Pemkab Bima Gelontorkan Rp 850 Juta untuk Bangun Taman di Perempatan Talabiu
Dari Desa Bajo Kecamatan Soromandi saja, warga harus merogoh kocek Rp 200 ribu jika tujuannya ke Kota Bima selama 2 jam.
Jika dibandingkan dengan ongkos boat pancung, maka warga jauh lebih hemat.
Erik seorang warga Kota Bima, mengaku kerap menggunakan boat pancung ke Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.
"Kebetulan asal istri dari sana. Jadi setiap minggu, bisa dipastikan saya pasti ke Soromandi dan gunakan boat (boat pancung)," aku Erik.
Sekali menyeberang, Erik hanya merogoh kocek sebesar Rp 10 ribu saja dengan jarak tempuh 10 - 15 menit saja.
"Kalau saya dengan motor juga naikan ke boat, jadi nambah 15 ribu lagi," tambahnya.
Sejauh ini Erik mengaku nyaman menggunakan boat pancung.
Selain murah, juga bisa membuatnya lebih cepat tiba di kampung halaman istri.
"Kalau naik motor, bakalan capek sekali. Nggak kuat saya," tandasnya.
Nurhaidah pengguna boat pancung lainnya, juga melontarkan hal senada.
Kendati telah lama menggunakan boat pancung, Nurhaidah tetap menghindari jadwal sebrang pada siang hari.
Pasalnya, ombak Teluk Bima agak besar ketika siang hari sehingga hal tersebut dihindarinya.
"Kadang ada sekali-kali nyebrang siang hari, karena ada urusan penting. Ya itu, berdoa saja sepanjang perjalanan," akunya sembari tersenyum.
Darwis pemilik boat pancung, kepada wartawan mengungkap, sejauh ini tidak pernah ada kejadian kecelakaan laut dari moda transportasi jadul tersebut.
"Apalagi sampai ada yang tenggelam, ada yang meninggal, itu tidak pernah ad sejauh ini," ungkapnya.
Dalam satu hari, Darwis bisa meraup cuan hingga Rp 300 ribu.
Itu tergantung pada aktivitas warga dari kawasan Soromandi dan Donggo, yang menuju Kota Bima.
Karena menjadi transportasi andalan, diharapkan ada peningkatan keselamatan bagi penumpang boat pancung.
Seperti jaket penyelamat, yang bisa digunakan penumpang ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
(*)