Berita Bima
Bulog Bima Serap Jagung, Petani : Percuma Kami Tetap Rugi
Sayangnya pola ini dirasa tidak berdampak pada perbaikan harga, karena permainan tengkulak petani merasa tetap rugi.
Penulis: Atina | Editor: Lalu Helmi
Jika dikalkulasikan dengan biaya buruh angkut dan transportasi , maka harga yang ditetapkan Bulog Bima tidak sesuai.
"Yang ada kami lihat, tengkulak yang datang beli ke petani di tempat. Tapi bukan harga 4.400 rupiah," ungkapnya.
Para tengkulak lanjut Syarifuddin, mendatangi lahan petani kemudian mengambil jagung dengan harga Rp 3.900 per kilogram.
Sedangkan biaya produksi, tidak sesuai dengan yang telah dikeluarkan petani.
"Bahan baku dan obat sudah naik semua. Belum buruh, belum capeknya. Jadi tetap kebijakan penyerapan oleh Bulog itu tidak terasa ke kami," tandasnya.
Syarifuddin juga mengaku, sudah memanen seluruh jagung yang ditanam.
Akan tetapi masih enggan menjual dan menyimpannya di rumah, menunggu hingga harga kembali naik.
"Bingung juga sebenarnya. Kalau terlalu lama disimpan maka akan rusak. Saya berharap, ada kenaikan harga beberapa hari ke depan," pungkasnya.
(*)