Curhatan UMKM Kopi di Sembalun, Diminta Naik Kelas Tapi Kurang Dukungan Pemda

Para pelaku UMKM kopi di Sembalun, Lombok Timur meminta kepada pemerintah memberikan dukungan bila ingin mereka berkembang dan naik kelas.

TRIBUNLOMBOK.COM/AHMAD WAWAN SUGANDIKA
Abul Rozak, satu di antara pemilik UMKM kopi di Sembalun. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Dinas Koprasi Lombok Timur mencatat sebanyak 22.981 pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). 

Mereka tersebar di 21 kecamatan se-Lombok Timur dengan berbagai jenis usaha.

Salah satu daerah kantor UMKM adalah Kecamatan Sembalun.

Sejak 2018, giat pelaku UMKM di Sembalun mulai bangkit, terutama UMKM dengan bidang usaha kopi.

Salah satunya Abdul Rozak (30), yang membuat usaha kopi di Sembalun. 

Baca juga: Kualitas Tidak Kalah Saing Tapi Kopi NTB Tidak Masuk Peta Kopi Nasional, Mengapa?

Baca juga: Penelitian Terbaru: Peminum Kopi Lebih Kecil Kemungkinan untuk Meninggal

Pemuda ini sangat senang dengan upaya pemerintah yang ingin menaikkan kelas para UMKM. 

Tapi dia memiliki saran agar program itu tidak sekedar menjadi wacana semata. 

"Kalau mau serius nanganin satu komoditas yang memang banyak di tingkat lokal, seperti Kopi misalnya, ya coba dimulai dengan membuat pabrik kopi," ucap Rozak, saat ditemui TribunLombok.com, di kedai Coffe Center, Sabtu (4/6/2022).

Kasus  untuk UMKM kopi, kebanyakan pedagang kopi di Sembalun menjual kopinya keluar daerah. Karena di daerah sendiri sangat sulit. 

Ia berharap, UMKM diberikan ruang untuk memasarkan produknya di daerahnya sendiri.

Menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau memasukkan produk ke ritail modern adalah langkah tepat bagi pemerintah.

Menurut Rozak justru mulailah dari pengenalan di tingkat Organisasi Perangkat Daerah (OPD). 

"Kalau serius, wajibkan OPD mengambil kopi di masyarakat," terangnya.

"Mulai dari lembaga, kalau serius, jadi ibaratnya kalau mau menaikkan kelas UMKM terutama kopi, mulai dari lembaga bukan ritail modern," lanjutnya.

Menurutnya akan sulit bersaing dengan produk luar yang memang sudah menang dari segi pemasaran.

"Kita masih kalah di bidang pemasarannya, sebelum di ritel, harapnya sih dibantu promosi banyak-banyak dulu, agar pengetahuan masyarakat tentang kualitas dan kuantitas dari produk kita ini lebih peka," imbuhnya.

Ia menyayangkan di tingkat daerah saja masih banyak yang belum tahu tentang produk masyarakat, contoh seperti Kopi Sembalun sendiri.

"Berikan kami ruang, suport, jika ingin dimasukkan di ritel modern, harus ada prioritasnya, jika tidak sama saja," tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved