Cerita Penjual Barang Seni di Senggigi Melewati Pandemi, Berharap Bule Kembali Datang

Landainya kasus pandemi covid-19 di NTB disambut dengan kebangkitan kehidupan pariwisata

Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBYAN ABEL RAMDHON
Pai berpose dengan latar koleksi barang seni miliknya di kawasan Pasar Seni Senggigi, Minggu (15/5/2022). 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Robbyan Abel Ramdhon

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Landainya kasus pandemi covid-19 di NTB disambut dengan kebangkitan kehidupan pariwisata.

Di kawasan Pantai Senggigi, Lombok Barat, misalnya, tidak hanya ramai dikunjungi wisatawan lokal dari berbagai daerah, namun juga mulai diwarnai dengan beroperasinya kembali berbagai toko oleh-oleh hingga kerajinan seni.

Sejak dua tahun terakhir, tokoh-toko tersebut banyak mengalami mati suri karena sepinya pengunjung. Belum lagi penerbangan internasional yang sempat ditutup sebagai upaya pencegahan penularan virus.

Belakangan, tepatnya semenjak memasuki periode libur lebaran 2022, euforia berlibur ke tempat-tempat wisata mulai tampak lagi.

Baca juga: Pengurus Baru IHGMA Siap Dukung Seniman Musik Tradisional hingga Event Olahraga Internasional

Pai, seorang pedagang benda-benda seni di Pasar Seni Senggigi, mengatakan telah menghirup udara segar setelah dua tahun terakhir terpaksa menutup tokonya karena sepi pengunjung.

“Jarang bukak, ada mungkin dua tahun setengah. Baru buka lagi kemarin pas libur lebaran,” ungkap Pai kepada Tribunlombok.com, Minggu (15/5/2022).

Pai memiliki sebuah galeri seni bernama Pandu Art Shop yang beroperasi di Pasar Seni Senggigi setiap harinya, mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore.

Saat ditemui Tribunlombok.com, ia tengah menata kembali barang-barangnya yang berdebu setelah sekian lama tak dipamerkan.

Baca juga: Berikut Daftar Nama 60 Desa Wisata di Lombok Barat, Lengkap dengan Jenis Potensi Wisatanya

Pai sudah berjualan di tempat itu sejak 1946, dan baru saat pandemi covid-19 ayah dua anak itu benar-benar mengalami kesulitan parah.

“Dulu tiga sampai lima juta dapat, pernah sepuluh juta. Tapi pas pandemi enggak ada sama sekali. Apalagi pelanggan kita bule,” ucapnya.

Ada pun barang-barang jualan Pai berasal dari daerah-daerah pelosok di Lombok yang dicarinya sendiri. Sebagian banyak barang tersebut merupakan kerajinan tradisional yang sudah berumur antik.

Seperti keris, patung tembaga, patung kayu, topeng, gerabah, pisau, kandang burung, dan alat-alat keseharian yang berasal dari kehidupan masa lampau di Lombok.

“Jarang ada wisatawan lokal yang beli. Pasarnya kita bule, mereka kalau beli enggak nawar,” tuturnya.

Harga barang-barang tersebut terbilang variatif, mulai dari yang paling murah Rp75 ribu hingga Rp500 ribu.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved