Berita Lombok Tengah
Rachmat Hidayat Jelaskan Visi Pancasila Ala Bung Karno, Bakar Semangat Gotong Royong Warga Desa Kawo
Pancasila 1 Juni 1945, kata Rachmat terkandung di dalamnya falsafah negara sebagai pegangan hidup.
Bung Karno telah mengingatkan urgensi pelestarian hutan.
"Dalam rangka itu, saya membawa tanaman bibit untuk ditanam di desa ini, nanti juga akan menyebar di seluruh NTB. Pohon menyimpan air, air adalah sumber kehidupan," kata Rachmat Hidayat diikuti tepuk tangan warga yang hadir.
Dalam kesempatan tersebut, Rachmat Hidayat menggelar kampanye penanaman bibit tanaman buah lokal di halaman masjid.
Kegiatan bakti sosial PDIP NTB juga diisi dengan penyerahan bantuan paket buah segar lokal ke masyarakat.
Pemberian buah segar ke masyarakat sekaligus sebagai edukasi pentingnya buah-buahan untuk dikonsumsi masyarakat karena kaya vitamin dan nutrisi.
Selain itu, gebrakan menanam pohon di halaman masjid adalah langkah baru yang mengajak masyarakat maupun stakeholder mengubah mindset bagaimana cara memakmurkan masjid.
"Semangat ini merupakan cara kita mengaktualisasikan ide dan gagasan bernas Bung Karno," paparnya.
Jika kualitas alam khususnya tempat ibadah sudah layak, maka akan berimplikasi pada terciptanya kualitas SDM yang mumpuni.
Poin kedua yang disampaikan Rachmat Hidayat adalah soal urgensi peningkatan kualitas SDM.
Terciptanya masyarakat dan generasi penerus yang cerdas, kata Rachmat merupakan gagasan besar Bung Karno.
"Cita-cita Bung Karno adalah masyarakat dan rakyat Indonesia harus pintar, tidak boleh bodoh," paparnya.
Membumikan Semangat Gotong Royong
Semua visi besar yang yang dikehendaki Bung Karno, kata Rachmat hanya akan dapat terlaksana jika semua masyarakat mengedepankan asas gotong royong.
Menurutnya, tanpa gotong royong, nilai-nilai dalam Pancasila akan sulit dijalankan.
Perasan dasar Negara Indonesia adalah semangat gotong royong.