Cerita Pedagang Samping Kantor DPRD NTB, Tutup Warung Lantaran Takut Demo Mahasiswa Rusuh
Para pedagang yang berada di samping kantor DPRD NTB terpaksa harus menutup usahanya sementara saat aksi unjuk rasa mahasiswa,
Penulis: Laelatunniam | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLomboo.com, Laelatunni'am
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Para pedagang yang berada di samping kantor DPRD NTB terpaksa harus menutup usahanya sementara saat aksi unjuk rasa mahasiswa, Senin lalu (11/4/2022).
Seperti diketahui unjuk rasa mahasiswa se-NTB ini berlangsung di depan kantor DPRD.
Seorang Ibu pemilik warung yang tidak ingin disebutkan namanya menceritakan, imbauan menutup warung ini adalah arahan dari kepolisian.
"Semalam kayaknya dari kepolisian yang dateng untuk kita yang berjualan di area sini tidak boleh jualan dulu karena ada demo katanya," ucap Ibu itu, Senin (11/4/2022).
"Kita juga nggak berani, nanti ada yang rusuh, ribut atau apa gitu kan, jadi kita nurut aja ya," imbuhnya.
Baca juga: Update Kompetisi Futsal Ketupat Mayday: Blunder Kiper Narmada Akibatkan Hasil Unggul
Kepada TribunLombok.com, ibu pedagang tersebut menjelaskan kepada tim TribunLombok.com tentang beberapa tuntutan yang akan disampaikan mahasiswa dalam unjuk rasa.
Dirinya pun memahami tuntutannya, dantaranya soal harga minyak goreng dan harga BBM yang mengalami lonjakan.
Ibu pedagang tersebut pun mendukung aksi yang dilakukan mahasiswa tersebut.
"Semoga aja dengan demo begini, harga minyak goreng bisa turun, sekarang beli minyak goreng curah itu harganya Rp15 ribu setengah kilo," tuturnya.
Ibu ini juga menceritakan kalau dirinya sering menyaksikan mahasiswa berdemo.
Baca juga: Enam Pemuda di Jonggat Terlibat Perkelahian dengan Senjata Tajam
Baca juga: Bupati Sukiman Minta Pelaksanaan MTQ di Lombok Timur Ditunda
"Kan di depan kantor-kantor ini sering ada demo ya jadi saya nonton, kadang ada yang saling lempar-lempar, ada yang rusuh, saya nggak berani, apalagi semalam sudah diperingatkan untuk tidak jualan dulu kayaknya ada demo besar-besaran pikir saya," urai si Ibu pedangang sambil duduk di trotoar menonton mahasiswa yang sedang melancarakan aksi.
Dirinya juga paham betul kalau yang membuat rusuh terkadang bukan mahasiswa akan tetapi penyusup yang hanya ingin membuat kegaduhan.
(*)