Konflik Rusia vs Ukraina
Spekulasi Jenis Racun Roman Abramovich; Senjata Kimia Mematikan, Cukup Dioleskan di Gagang Pintu
Teror racun yang menimpa mantan pemilik Chelsea Roman Abramovich diduga sebagai peringatan kepada para negosiator damai konflik Rusia-Ukraina.
Sejauh ini belum ada komentar pemerintah Rusia dan tidak ada bukti bahwa mereka bertanggung jawab.

Sekedar Peringatan
Namun pakar barat menilai kasus keracunan Abramovich semacam peringatan kepada mereka yang mengambil bagian dalam pembicaraan damai.
Sebab racun yang diberikan kepada Abramovich bukanlah dosis yang mematikan, melainkan peringatan.
Pakar senjata kimia, Hamish De Bretton-Gordon, mengatakan kepada BBC bahwa sangat tidak mungkin faktor lingkungan ada hubungannya dengan kasus ini.
Bellingcat juga dapat memastikan bahwa dosis dan jenis racun yang digunakan untuk menyerang Abramovich dan negosiator tidak sampai mengancam jiwa.
Kemungkinan, serangan racun itu dimaksudkan hanya untuk memberi rasa takut kepada korban.
Wall Street Journal meyakini pelaku dari serangan tersebut diduga adalah agen atau kelompok garis keras Rusia yang ingin menggaggu proses perdamaian kedua negara.
Namun, Wall Street Journal memastikan bahwa kondisi Abramovich dan dua negosiator lainnya saat ini telah membaik dan nyawa mereka tidak terancam.
Menurut laporan dari Sky Sports, Selasa (29/3/2022), Roman Abramovich Abramovich tetap ingin menjalankan tugasnya sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina.
Meski baru saja menjadi korban serangan racun, dia tetap ingin menjadi negosiator damai.
Roman Abramovich mulai bekerja sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina empat hari setelah perang kedua negara itu pecah pada 24 Februari 2022.
Selama bertugas sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina, Abramovich dikabarkan sangat sering melakukan perjalanan ke Moskow, Kyiv, dan Turki.
Taipan asal Rusia itu juga sudah pernah bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Adapun, Abramovich sudah resmi melepas kepengurusan Chelsea kepada yayasan klub pada 27 Februari 2022.