MotoGP Mandalika 2022
Untung Bawa Sandal Jepit
Penonton MotoGP Mandalika yang membeli tiket jutaan rupiah harus antre berjam-jam untuk menunggu bus tanpa kepastian. Mereka ditelantarkan panitia.
Penulis: Dion DB Putra | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Dion DB Putra
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Tas hitam mungil berisi bekal makanan ringan dan air minum telah terisi. Peralatan kerja, stok masker, baju kaus dan topi pun sudah pada posisinya. Rapi terkemas.
Setelah mengenakan sepatu sport dan mengunci kamar kosku di Jalan Tamtanus, Cilinaya, saya bergegas menuju kendaraan yang hendak membawaku ke Bandara Selaparang Mataram.
Hari itu Minggu pagi 20 Maret 2022. Jarum jam menunjukkan pukul 09.45 Wita.
Tiba-tiba muncul perasaan ada sesuatu yang belum beres. Apa gerangan? "Saya lupa sandal jepit," gumamku.
Balik kanan, masuk kamar lagi dan membungkus sepasang sandal jepit dengan plastik lalu dimasukkan ke dalam tas.
Beres. Saatnya tancap gas menuju Selaparang. Saya tak mau terlambat karena sudah janjian bertemu di sana pukul 10.00 Wita dengan Mbak Dian Sulystiorini, rekanku dari TribunLombok.com.
Kami akan sama-sama menuju Sirkuit Mandalika dengan shuttle bus dari Bandara Selaparang untuk menyaksikan balapan MotoGP Indonesia 2022.
Ya, kami ingin ikut menjadi saksi sejarah Indonesia kembali menjadi tuan rumah event olahraga otomotif paling bergengsi sejagat.
Antrean manusia mengular menyambutku di Bandara Selaparang. Saya tidak terkejut. Toh suasana serupa sudah saya saksikan tiga hari sebelumnya, Kamis 17 Maret 2022.
Hari Kamis itu ribuan orang antre menukarkan tiket. Setiap orang butuh waktu antre dalam posisi berdiri lebih dari tiga jam untuk sampai di loket penukaran tiket.
Saya sendiri pun mengalami. Total tiga jam lebih 20 menit baru bisa mendapatkan gelang tiket menonton MotoGP.
Kira-kira 15 menit menunggu, Mbak Dian tiba di Selaparang. Dia agak telat lantaran masih mampir di minimarket membeli dua mantel hujan termasuk pesanan saya.
Pengalaman adalah guru terbaik. Saat meliput World Superbike (WSBK) di Sirkuit Mandalika 21 November 2021, saya mandi hujan dan sepatu berlumur lumpur.
Kepahitan itu tak boleh terulang. Sandal dan mantel kali ini wajib masuk tas. Untuk berjaga-jaga apalagi prakiraan cuaca BMKG menyatakan hari Minggu 20 Maret 2022 bakal hujan di kawasan Mandalika dan sekitarnya.
Sesuai informasi dari petugas Dinas Perhubungan (Dishub) NTB, kami menuju tempat antrean shuttle bus menuju Mandalika. Ada dua lokasi antre di Selaparang hari itu.
Namun, tetap saja ada insan yang tidak disiplin. Mereka selalu berusaha menerobos antrean agar lebih dahulu masuk bus.
Petugas Dishub dan polisi harus berulangkali mengingatkan. Mereka terlihat kerepotan menghadapi manusia yang demikian banyak.
Macet berjam-jam
Dugaan saya benar. Antre untuk menumpang shuttle bus bakal lama di Selaparang. Kami menanti hampir dua jam baru mendapat kesempatan masuk bus mini berpenumpang 16 orang.
Di dalam bus, saya dan Mas Oky, karyawan sebuah bank BUMN di Kota Mataram bahkan tidak mendapat kursi empuk dan nyaman sebagaimana penumpang lain.
Kami berdua kebagian duduk di belakang jok sopir bus. Mau bilang apa, yang penting bisa segera sampai di Sirkuit Mandalika.
Bus meninggalkan Selaparang kira-kira pukul 12.10 Wita. Waktu tempuh normal Mataram-Mandalika satu jam 30 menit.
Sudah terbayang bakal tiba di sirkuit sekitar pukul 13.30 Wita. Masih berkesempatan menonton serunya balapan Moto2. Sedangkan jadwal race MotoGP baru mulai pukul 15.00 Wita.
Perjalanan dari Mataram tak masalah. Arus lalu lintas ramai lancar. "Semoga tidak terjadi kemacetan," kata sopir bus yang kami tumpangi.
Harapan sopir tidak menjadi kenyataan. Keruwetan mulai terasa kira-kira 4 kilometer menjelang bundaran Bandara Internasional Lombok (BIL) dan Jalan Bypass Mandalika.
Kendaraan padat merayap. Shuttle bus menjadi minoritas. Dominan di jalan mobil pribadi. Teringat janji panitia sebelumnya bahwa mobil pribadi sebaiknya jangan dibawa ke sirkuit karena bikin macet. Mengapa dilanggar?
Kemacetan arus lalu lintas menuju arah BIL dan Mandalika sudah terjadi mulai dari depan kantor PT Yasta Mandiri hingga Bundaran BIL - Jalan Bypass Mandalika.
Laju kendaraan tersendat-sendat. Situasi makin runyam lantaran ada mobil pribadi yang nekat mau mendahului. Bus kami baru sampai Bundaran BIL pukul 13.40 Wita. Lebih dari satu setengah jam dari Kota Mataram.
Kami melewati jalur jalan lama menuju Mandalika bukan via ByPass sejauh 17,3 kilometer.
Selepas bundaran BIL arus lalulintas agak lancar sampai kawasan Desa wisata Sade. Kira-kira empat kilometer kemudian terjebak kemacetan lagi yang luar biasa.
Kendaraan bergerak sangat lambat. Saat itu hujan deras mulai mengguyur sesekali ditimpali gemuruh petir. Perut lapar dan haus. Saya ambil seketul roti dan minuman. Ganjal lambung biar tetap terisi.
Hujan dan petir, saya langsung teringat Rara Isti Wulandari, pawang hujan yang pertama kali diwawancarai rekanku jurnalis muda TribunLombok.com, Sinto, hingga viral dan sontak terkenal seantero jagat.
"Ada apa dengan Mbak Rara, mengapa dia tidak bisa menahan hujan?" kata Mas Oky di sampingku.
Perjalanan dari bundaran BIL-Mandalika yang biasanya hanya makan waktu kurang lebih 20 menit, ternyata menghabiskan lebih dari satu jam.
Bus kami baru memasuki kawasan Parkir Barat pukul 14.50 Wita. Kurang 10 menit lagi balapan MotoGP dimulai. Hujan lebat dan berulang menggelegar di langit Kuta Mandalika.
Terbetik kabar otoritas MotoGP menunda race Mandalika 2022. Jarak pandang di trek terbatas, membahayakan keselamatan para pembalap.
Lega perasaan sejenak. Kami turun dari bus. Sandal jepit dan mantel mendapatkan momentum yang elok. Sangat bermanfaat. Saya copot sepatu dan kaus kaki, bungkus plastik lalu masuk dalam tas mungil.
Giliran sandat jepit beraksi. Siapa nekat pakai sepatu di jalanan becek berlumpur?
Bungkus badan dengan mantel biru muda lalu masuk lagi dalam antrean menanti bus menuju Gate 2 Sirkuit Mandalika yang berjarak kira-kira 7 km dari Parkir Barat.
Antre kurang lebih 35 menit baru dapat giliran masuk bus menuju sirkuit. Saat menunggu itu masuk lagi ke lambung beberapa keping roti tawar. Biar stamina terjaga.
Tiba di bibir sirkuit balapan MotoGP belum dimulai. Safety car terlihat melakukan inspeksi kondisi trek basah Sirkuit Mandalika.
Helikopter meraung-raung di udara, berkeling memantau dari langit bergerimis tipis. Setiap sudut sirkuit mereka teliti apakah nyaman dan aman untuk balapan atau sebaliknya.
Berkah bagi Oliviera
Pit lane dibuka pukul 16.00. Selepas jam empat petang atau tepat pukul 16.15 Wita balapan puncak mulai bergulir. Raungan motor 23 rider top, kecuali Marc Marquez, riuh bergemuruh.
Marquez batal tampil karena jatuh sampai tiga kali di Mandalika hingga dokter menyarankan dia sebaiknya istirahat.
Gerimis, lumpur dan sedikit rasa dingin tak mengurangi keseruan menonton MotoGP Mandalika 2022.
Para penonton antusias dan menikmati lomba kelas dunia. Saya larut dalam euforia tersebut.
Trek Mandalika yang basah memaksa balapan MotoGP yang seharusnya sebanyak 27 lap (putaran) dipangkas menjadi 20 lap.
Berlomba dalam lintasan basah alias wet race membawa berkah bagi pembalap Red Bull KTM Factory Racing asal Portugal, Miguel Oliveira.
Oliviera yang tidak diunggulkan malah tercepat mencapai finis dan mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang juara di Sirkuit Mandalika.
Podium kedua ditempati pembalap Yamaha, Fabio Quartararo dan podium ketiga untuk pembalap Pramac Ducati, Johann Zarco.
Fabio Quartararo yang memulai balapan dari pole position (start terdepan) langsung melesat. Tapi juara dunia MotoGP 2021 asal Prancis ini tidak bertahan lama.
Miguel Oliveira mengambil alih balapan dengan mudah. Meski sempat disalip Miller namun pembalap yang sekampung dengan Cristiano Ronaldo itu paling cepat menyentuh finis.
Race MotoGP sebanyak 20 lap terasa amat lekas berakhir. Tribune penonton sontak kosong setelah pukul 17.00 Wita.
Semua ramai-ramai bergerak menuju Halte Gate 2 melewati terowongan dan jalanan yang basah lumpur. Hujan telah reda. Problem belum selesai.
Laksana menunggu godot
Gelombang pertama penonton yang lebih dulu mencapai Halte Gate 2 sempat langsung diangkut beberapa unit shuttle bus menuju Parkir Timur dan Parkir Barat.
Bus yang menuju ke sana tak langsung kembali ke Halte Gate 2. Saya mencatat hanya empat unit bus termasuk bus polisi yang sempat menjemput penonton menuju Parkir Timur antara pukul 17.30 hingga 19.00 Wita.
Setelah itu bus tak kunjung muncul batang hidungnya. Petugas Dishub dan polisi yang bertugas di Halte Gate 2 menginformasikan terjadi kemacetan arus lalu lintas luar biasa sehingga bus penjemput tak bisa bergerak cepat.
"Macet di pintu keluar Parkir Timur, Pak. Mohon dimaklumi," kata seorang polisi yang mati-matian minta saya tidak mempublikasikan namanya.

Sampai pukul 21.00 Wita tak satupun bus datang menjemput penonton yang sebagian besar sudah lapar dan haus. Terdengar omelan dan gerutuan di tengah lautan manusia malam itu.
"Kapok deh nonton MotoGP di Mandalika kalau begini. Tahun depan saya masih pikir-pikir datang lagi ke sini," kata Sri Maryati (38) asal Kota Surabaya. Sri datang bersama dua anaknya yang beranjak remaja.
Pukul 21.30 Wita satu dua unit bus penjemput baru mulai berdatangan. Polisi ikut mengerahkan bus dan truk Dalmas mereka untuk membantu membawa penonton ke Parkir Timur dan Parkir Barat.
Saya dan Mbak Dian baru mendapat bus menjelang pukul 22.00 Wita. Kami diangkut bus polisi menuju Parkir Barat. Total waktu menanti bus penjemput empat setengah jam. Gila!
Di belakang kami masih banyak lagi yang menanti. Entah sampai jam berapa malam itu. Apalagi konser di arena festival baru usai pukul 22.00 Wita. Gelombang penonton berikutnya bakal membludak.
Sesabar-sabarnya orang, tak kan mudah bertahan menanti berjam-jam dalam keidakpastian. Pun lapar dan haus. Menunggu godot memang bikin kesal bukan?
Maka tidak mengejutkan bila ada sejumlah penonton yang nekat berjalan kaki dalam kegelapan malam dari halte Sirkuit Mandalika menuju Parkir Timur atau Barat.
"Empat teman saya tadi sekitar jam delapan jalan kaki aja ke Parkir Timur. Mereka buru waktu mau balik dengan kapal malam ini," kata Ilham Sanusi (27), pria asal Banyuwangi.
Secara keseluruhan panitia menyiapkan armada bus sebanyak 339 unit untuk mengangkut penonton MotoGP dari lima titik menuju Sirkuit Mandalika yaitu bandara Selaparang Mataram, Pelabuhan Gilimas, Bangsal, Kayangan dan Pelabuhan Lembar.
Entah bagaimana hitungan panitia sehingga jumlah bus sebanyak itu dianggap cukup untuk melayani puluhan ribu penonton.
Pada hari pertama dan kedua MotoGP, 18-19 Maret 2022, masih aman. Penonton minim. Bisa dimengerti lantaran masih latihan bebas dan kualifikasi para pembalap. Mulai muncul masalah pada hari puncak, Minggu 20 Maret 2022.
Pantauan lapangan tim TribunLombok menunjukkan, jumlah armada bus itu tidak sebanding dengan tumpah ruahnya puluhan ribu penonton pada hari puncak race MotoGP.
Sebagian bus dari Pelabuhan Lembar dan Kayangan terpaksa dialihkan ke Selaparang untuk mengangkut penonton menuju sirkuit.
Karena armada terbatas, panitia beri kelonggaran orang gunakan mobil pribadi menuju Parkir Timur dan Barat.
Nah kelonggaran itu membawa efek lanjutan yaitu macetnya arus lalu lintas menuju Sirkuit Mandalika.
Setelah balapan MotoGP Minggu sore, kemacetan makin menjadi-jadi. Dalam sekejap ribuan orang berebutan mau pulang ke rumah atau pengianapan. Bus sulit bergerak untuk menjemput penonton.
Patut dikatakan secara jujur bahwa kemungkinan ini yang kurang diantisipasi secara baik sehingga penonton terlantar berjam-jam. Kenyamanan rupanya masih sesuatu yang langka di MotoGP Mandalika 2022.
Semoga para pemangku kepentingan di lingkup pemerintah pusat dan daerah segera berbenah agar Mandalika membawa kesan manis bagi semua orang. Sekadar minta maaf dari bibir pejabat terkait tidaklah cukup.
(*)