Konflik Rusia vs Ukraina

Cerita PMI Asal Bali di Ukraina Selamat Setelah Berlindung di Bunker, Trauma Bunyi Ledakan

Mereka yang selamat dari invasi Rusia ini bersyukur bisa kembali ke pelukan keluarga meskipun harus pulang membawa trauma

Tribun-Bali.com via Tribunnews.com
Ni Wayan Era Rustini saat ditemui di rumahnya di Banjar Puseh, Desa Angantaka, Abiansemal Badung pada Selasa 8 Maret 2022. (Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta) 

TRIBUNLOMBOK.COM - Para pekerja migran Indonesia (PMI) akhirnya berangsur dipulangkan dari Ukraina.

Mereka yang selamat dari invasi Rusia ini bersyukur bisa kembali ke pelukan keluarga meskipun harus pulang membawa trauma.

Perempuan asal Banjar Puseh, Desa Angantaka, Abiansemal Badung Ni Wayan Era Rustini (26) mengaku suara ledakan kecil saja sudah cukup membangkitkan ketakutannya.

PMI asal Bali yang bekerja di Kota Odensa ini bersyukur lantaran bisa pulang kembali ke Bali, Senin (7/3) malam.

Baca juga: Sanksi Barat Memaksa Orang Orang Kaya Rusia Melirik Dubai, Uang Mereka Lebih Aman di Sana

Baca juga: Dubes Lyudmila Vorobieva: Rusia Inginkan Ukraina Menjadi Tetangga yang Baik

Namun untuk pulang ke Indonesia, dia dikawal ketat dengan menggunakan jalur darat.

Semasih di Ukraina sana, Rustini beberapa kali mendengar suara ledakan.

Selain itu, isu adanya bom juga kerap didengar saat dia berada d iluar apartemen.

Kini alumni SMAN 1 Abiansemal itu pun bersyukur bisa pulang dan bertemu keluarga dengan selamat.

Hanya saja, banyak barangnya yang harus ditinggalkan.

Bahkan kurang lebih ada satu koper besar barangnya tidak dibawa pulang, lantaran tidak diizinkan membawa barang banyak.

Ditemui di rumahnya, Selasa (8/3), Era pun menceritakan dirinya berangkat ke Ukraina berawal dari mengajukan lamaran ke agen di Bali.

Setelah diterima dirinya langsung berangkat dan bekerja di Ukraina sebagai spa terapis di Bali Spa Ukraina.

Anak pertama pasangan I Wayan Darma Bapak dan Ni Luh Meriani tidak menyangka harus pulang karena perang.

Menurut Era, bekerja di Ukraina telah memperbaiki kondisi perekonomiannya.

"Kalau pendapatan lumayan, ia bisalah pakai membangun seperti balai dangin ini. Ini pun belum selesai," katanya sambil menunjuk bangunan, seperti dikutip dari Tribunnews.com.

Keberangkatannya ke Ukraina berawal dari mengajukan lamaran di salah satu Agent di Bali.

Setelah diterima dirinya langsung berangkat dan bekerja di Ukraina sebagai spa terapis di Bali Spa Ukraina.

"Saya berangkat bulan Januari 2021 lalu. Meski pandemi, karena disana ada pekerjaan, saya kesana. Mengingat di Bali juga nganggur," ujar Era.

Dirinya pun menikmati bekerja di Ukraina, hanya saja saat terjadi perang, situasi pun disebut semakin mencekam lantaran beberapa kali mendengar suara ledakan.

Bahkan isu adanya bom tersebut, kerap terdengar di tempat dia tinggal, sehingga beberapa orang lari tidak jelas.

"Memang lokasi saya tinggal jauh dari kota, kalau naik bus sekitar 7 jam baru nyampai. Namun beberapa kali memang terdengar suara ledakan itu," ucapnya.

Anak pertama dari pasangan I Wayan Darma Bapak dan Ni Luh Meriani pun tak menyangka harus pulang karena perang.

Era pun mengaku bekerja di Bali Spa Ukraina sudah distop dari 24 Februari 2022 lalu. Bahkan dirinya pun hanya bisa terdiam di apartemen bersama teman PMI yang lain.

"Semenjak ada ledakan dekat dengan Odesa kita tidak diberikan kerja. Bahkan beberapa hari hanya diam di apartemen saja. Keluar hanya saat belanja untuk membeli kebutuhan makan setiap harinya," bebernya.

Kendati demikian, pihaknya bersyukur bisa pulang. Hingga sampai rumah dan bertemu keluarganya.

Namun saat perjalanan pulang dirinya mengaku takut, lantaran dikawal tentara dengan senjata lengkap.

Bahkan beberapa kali dilakukan pengecekan untuk memastikan kebenaran warga Indonesia di dalam satu bus tersebut.

Pengecekan pun dilakukan di setiap perjalanan baik pagi dan malam

"Kita kan dipulangkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dengan menggunakan jalur darat. Saat diperiksa takut sekali, kita takut ada warga rusia menyelinap," jelasnya sembari mengatakan namun syukur bisa pulang.

“Namun untuk barang-barang satu koper besar itu sudah saya ikhlaskan,” imbuhnya.

Terpisah, Desak Made Yuni, PMI asal Bangli yang bekerja di Kiev mengatakan, pada 24 Februari terjadi ledakan bom dimulainya serangan Rusia ke Ukraina.

Desak Yuni merasa panik dan takut.

Ia kemudian mengecek grup KBRI, yang di dalamnya terdapat informasi terbaru untuk bersiap-siap evakuasi ke kantor KBRI di Ukraina.

"Langsunglah saya packing-packing, terutama membawa dokumen penting dan baju seadanya. Pihak KBRI juga tidak memperbolehkan kami menunggu di luar bangunan sampai jemputan datang," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Selasa (8/3).

Desak Yuni mengungsi di kantor KBRI selama lima hari.
Selama itu pula, ia tidak diperbolehkan keluar bangunan.

"Pada 25 atau 26 Februari terus terdengar suara ledakan bom. Setiap ada bom bunyi kita turun ke bunker, kita sembuyi disana bersama-sama," ungkapnya.

Di bunker dengan ukuran terbatas ratusan WNI berdesak-desakan.

Mereka mengutamakan anak-anak.

Selama lima hari mengungsi ini, Desak Yuni mengaku tidak bisa tidur karena harus bolak-balik bunker.

"Baru satu jam dapat tidur, terdengar suara ledakan. Sehingga kita harus cepat-cepat turun ke bunker. Di bunker itu sekitar satu hingga dua jam saja, karena di sana gelap dan oksigen terbatas. Kalau sudah tenang baru kembali lagi. Setelah kembali ke atas, Baru nyari posisi tidur, lagi terdengar bom. Sehingga harus turun lagi. Begitu seterusnya," jelas dia.

Semntara itu, 5 PMI asal Karangasem juga kembali dari Ukraina ke kampungnya yakni Ni Komang Ayu Yuliantari asal Tengading Kecamatan Manggis, Ni Komang Wirati asal Desa Sinduwati Kecamatan Sidemen, Ni Ketut Mita Julianti dan Ketut Suartini asal Kecamatan Kubu, dan Ni Nengah Rikawati asal Sidemen.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaktrans) Karangasem, I Ketut Kanginan Subandi, mengatakaan, lima PMI asal Krangasem dijemput oleh keluarga didampingi Kabid Pelayanan dan Perlindungan Tenaga Kerja (P2TK) Disnakertrans, Senin (7/3) malam.

"Kondisi lima PMI sehat. Mereka mengaku bahagia lantaran bisa kembali ke kampung halaman. Petugas dari Disnakertrans Karangasem akan terus memantau kondisi bersangkutan," kata Kanginan Subandi, Selasa (8/3).

Terpisah, 2 warga Tabanan yang merupakan PMI di Ukraina telah tiba di Bali, Senin malam.

Mereka telah tiba dengan keadaan selamat dan telah dijemput oleh pihak keluarga masing-masing.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Tabanan, I Nyoman Putra menyebutkan, ada dua warga Tabanan yang menjadi PMI dengan tujuan bekerja di Ukraina.

Sejak ada konflik Rusia dan Ukraina, para PMI asal Indonesia khususnya Bali telah dipulangkan.

Nyoman Putra menyebutkan, sesuai data yang diterima pihaknya dua orang warga Tabanan diantaranya Ni Komang Budiani (22) asal Desa/Kecamatan Selemadeg dan Ni Ketut Ayu Arsani (42) asal Desa Wanagiri kecamatan Selemadeg.

(Tribunnews.com/Tribun-Bali.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah PMI Asal Bali Pulang dari Ukraina, Yuni Sembunyi di Bungker, Tak Tidur 5 Hari

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved