Majelis Adat Sasak Dorong Pembentukan Balai Arkeolog
Menyoroti hal tersebut, Ketua Majelis Adat Sasak Nusa Tenggara Barat (NTB) Drs Bayu Windia MM mendorong pemerintah untuk membuat balai arkeolog.
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Lalu Helmi
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Budaya Sasak Lombok khususnya di Lombok Timur amat beragam jenisnya.
Mulai dari seni tari, musik tradisional, hingga sistem penanggalan atau kalender.
Tetapi, dari banyaknya jenis budaya sasak yang ada, sedikit sekali literatur yang mengangkat tentang budaya tersebut.
Baca juga: Pembelajaran Budaya Lokal Minim, Institut Elkatarie Gelar Seminar Nasional Sasakologi Multipotensi
Baca juga: Fata Institute Gandeng LPPNTB Gelar Seminar Beasiswa di STIT NU Lotim, Bangun Sinergitas Kolaborasi
Sedikit sekali promosi yang dilakukan pemerintah dalam hal ini pemerintah terkait keragaman budaya itu.
Menyoroti hal tersebut, Ketua Majelis Adat Sasak Nusa Tenggara Barat (NTB) Drs Bayu Windia MM mendorong pemerintah untuk membuat balai arkeolog.
Hal ini disampaikan di acara seminar nasional Sasakologi Multipotensi yang di selenggarakan di Ballroom Kantor Bupati Lombok Timur, Minggu (27/2/2022).
"Kita berharap balai arkeolog yang merupakan UPT dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ini itu bisa berdiri sendiri di NTB," ujarnya.
Lebih lanjut Bayu menyampaikan, sekarang ini UPT Balai Arkeolog ini masih di gabung dengan 3 provinsi, yaitu Bali, NTT, dan NTB.
Ia juga mengharapkan supaya UPT Balai Arkeolog ini di pisahkan dan disediakan juga di NTB, supaya dalam urusan budaya di NTB bisa terfokuskan.
"UPT ini harusnya dipisahkan, sehingga budaya di NTB ini bisa difokuskan untuk dikembangkan," harapnya.
"Kalau kita berdiri sendiri harapannya kita bisa menjadikan yang belum terlihat menjadi terlihat, dan yang belum tergali kita gali lagi, kemudian yang sudah ada bisa kita tingkatkan lagi," sambungnya.
Bayu juga menyampaikan isu tentang kebudayaan ini sangat besar, meliputi banyak aspek
"Jika fokusnya pada 3 provinsi maka pelaksanaanya tidak akan maksimal," tegasnya.
Lanjut Bayu, isu budaya itu besar kalau di keristalkan itu terbagi menjadi 3 aspek.