MXGP Samota 2022
Potensi Budaya Sumbawa Banyak yang Tidak Terbaca, MXGP Jadi Ajang Pembuktian
Namun, ada MXGP Sumbawa, balapan motocross paling bergengsi sedunia yang akan menjelang
Penulis: Galan Rezki Waskita | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Galan Rezki Waskita
TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA - Asisten 3 Setda Sumbawa Iskandar menyebut potensi budaya di Sumbawa masih belum terbaca.
Lelaki yang kerap disapa Ande itu menyatakan inilah penyebab masyarakat tidak memiliki pendapatan dari produk budaya.
Namun, ada MXGP Sumbawa, balapan motocross paling bergengsi sedunia yang akan menjelang.
Event itu diharapkan dapat menjadi ajang pembuktikan potensi budaya Sumbawa dengan memberikan contoh inovasi produk.
Baca juga: Lombok Timur Maksimalkan Momentum MotoGP Mandalika dan MXGP Sumbawa
Baca juga: Jelang MXGP, Pemkab Sumbawa Mengaku Termotivasi Event MotoGP Mandalika 2022
Baca juga: Penuhi Syarat Menggelar MXGP, Pemkab Sumbawa Targetkan Vaksinasi Tuntas Akhir Maret 2022
"Masker motif Kre' Alang (kain Adat Sumbawa) misalnya, kita tidak baca, makanya tidak ada income," jelas Ande Sabtu (19/2/2022) di Desa Poto dalam acara Malam Festival Sadeka Ponan.
Desa Poto adalah satu diantara lokasi terdekat dari wilayah rencana MXGP digelar.
Terlebih desa ini telah ditetapkan sebagai desa pemajuan kebudayaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Pemdes pikirkan ini karena disini ada kearifan lokal," tegas Ande.
Lebih jauh ia meminta agar masyarakat secara keseluruhan mendukung lestarinya kesenian tradisional.
Ia menganggap jika dukungan masyarakat tidak ada, maka apa yang diusahakan akan sia-sia.
"Desa pemajuan kebudayaan dapat dibuktikan dengan eksisnya Seniman-seniman Budaya lokal," tambah Ande.
Ia berharap baik pagelaran seni maupun hasil inovasi dari UMKM dapat menjadi penghilang kejenuhan pengunjung MXGP nantinya.
Namun Lelaki yang sekaligus Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Sumbawa itu juga berterimakasih pada pemerintah kecamatan dan desa.
Apresiasi diberikan Ande karena malam Festival Sadeka Ponan telah menjadi ruang kreatif bagi para pemuda untuk berkarya dan berbudaya.
(*)