Kenaikan Harga Kedelai Bikin Pusing Pedagang Tahu Tempe di Pasar Kebon Roek
Kenaikan harga kedelai membuat para pedagang produk olahan kedelai seperti tahu dan tempe mengeluh. Keutungan mereka tidak bertambah meski harga naik.
Penulis: Patayatul Wahidah | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Patayatul Wahidah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Kenaikan harga kedelai mempengaruhi nilai jual produk olahan kedelai seperti tahu dan tempe.
Tapi kenaikan harga kedelai tidak membuat para pedagang di pasar senang.
Pedagang tahu dan tempe di Pasar Kebon Roek, Kota Mataram mengeluhkan kondisi ini.
Seperti diungkapkan Nurhaeni, salah seorang pedagang tahu dan tempe di Kebon Roek.
Ia mengatakan, kenaikan harga kedelai saat ini mencapai dua kali lipat dari harga normal.
Normalnya per kilo kedelai berada di harga Rp 8.500 dan saat ini mencapai Rp 14.500 per kilogram.
Baca juga: Terungkap Ini Alasan Distributor Menjual Minyak Goreng dengan Harga Mahal di NTB
Baca juga: PROMO Cokelat Spesial Hari Valentine di Indomaret dan Alfamart, Harga Mulai Rp 6 Ribuan
Sayangnya, kenaikan harga kedelai ini tidak berpengaruh terhadap harga maupun ukuran dari tahu dan tempe yang dijual.
Ia menyebut tidak bisa serta merta menaikkan harga karena para pembeli tidak mau tahu dengan kenaikan harga kedelai.
“Amun tahu tempe ndekn iniq taek, kedele saq taek (Kalau tahu tempe tidak bisa naik harganya, kedelai yang naik,” kata Nurhaeni.
Begitu pula dengan ukuran tahu dan tempe yang menurutnya juga tidak bisa diakali.
Karena jika menjual tahu tempe dengan ukuran yang diperkecil dagangannya tidak dilirik oleh pembeli.
Nurhaeni pun hanya bisa menerima keadaan dan tetap berjualan walaupun mendapatkan keuntungan yang tak banyak.
Saat harga kedelai normal sekali pun pendapatannya tak pernah mencapai Rp 100 ribu setiap harinya.
Wanita paruh baya ini bercerita, kenaikan harga kedelai membuat keuntungan yang ia peroleh semakin menipis.