Berita Bima
Kota Bima Terapkan PPKM Level 3, Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Dibatasi 50 Persen
Laju penyebaran covid-19 di Kota Bima terus menunjukan peningkatan sehingga memengaruhi aktivitas pembelajaran tatap muka di sekolah
Penulis: Atina | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Laju penyebaran covid-19 di Kota Bima terus menunjukan peningkatan sehingga memengaruhi pembelajaran tatap muka di sekolah.
Data terakhir yang dirilis Tim Gugus Tugas Covid-19 NTB, Selasa 15 Februari 2022 menunjukan ada penambahan 35 orang positif covid-19.
Jumlah warga Kota Bima yang diisolasi kini bertambah menjadi 174 orang.
Pada waktu yang sama, Pemerintah Pusat menginstruksikan Pemerintah Kota Bima menetapkan PPKM level 3 hingga 28 Februari mendatang.
Melihat perkembangan ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bima memutuskan untuk membatasi pembelajaran tatap muka di sekolah 50 persen.
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik Drastis, Pemkot Bima Tunda Acara Gowes Bareng Gubernur NTB
Baca juga: Covid-19 di Kota Bima Melonjak, 3 Madrasah Hentikan Belajar Tatap Muka
"Sebagian ada yang di sekolah, sebagian lagi daring dengan jadwal yang telah diatur," jelas Plt Kabid Dikdas Dikbud Kota Bima Muhammad Humaidin Rabu (16/2/2022).
Penerapan belajar tatap muka terbatas ini, telah diputuskan bersama dan berdasarkan peraturan tiga menteri.
"Jadi setiap hari, belajar di sekolah hanya bisa diikuti 50 persen dari jumlah totak siswa, " kata Humaidin.
Pembatasan ini dimulai 16 Februari hingga 28 Februari 2022 mendatang.
Dengan terus menyebarnya covid-19 saat ini, Humaidin berharap proses vaksinasi terhadap anak bisa digenjot lagi.
Diakuinya, masih banyak orang tua siswa yang enggan mengizinkan anaknya divaksin.
Rata-rata ungkap Humaidin, mereka melihat terlebih dahulu reaksi vaksin dari anak lain.
Baru kemudian, mengizinkan anaknya sendiri untuk divaksin.
"Hingga saat ini, baru 25 persen capaian vaksin untuk anak di Kota Bima," bebernya.
Sedangkan waktu yang diberikan pemerintah pusat untuk memenuhi target, sampai 18 Maret 2022.
"Padahal sosialisasi sudah kami lakukan, tentang bagaimana vaksin ini untuk anak. Tapi tetap saja masih ragu karena terprovokasi isu hoax di media sosial," pungkasnya.
(*)