Kesaksian Tahanan Kerangkeng Manusia Bupati Langkat, Bantah Diperbudak, Justru Makin Gemuk
Kepada awak media, JS merasa tak ada praktik perbudakan di dalam tahanan itu. Dirinya justru merasakan perubahan besar semenjak tinggal di sana.
Penulis: Salma Fenty | Editor: Wulan Kurnia Putri
Biasanya makanan akan datang pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB, dan 17.00 WIB.
Sementara dokter akan datang memeriksa sekaligus memberikan obat pada hari Selasa dan Rabu.
"Setiap hari aktivitasnya hampir sama. Ada jam-jam tertentu keluar kereng. Untuk jemur pakaian, nyapu halaman, kadang bersihkan kolam ikan," ungkapnya kepada Kompas.com, Selasa (25/1/2022).
Dikatakan JS, selama empat bulan, ia tinggal di kerangkeng 2 bersama 13 orang lainnya yang lebih lama tinggal di dalam kerangkeng.
Saat malam hari, lanjut dia, mereka mengikuti aktivitas keagamaan sesuai dengan agamanya masing-masing.
"Saya di sini supaya sembuh. Enggak kayak kemarin. Harapan saya dipekerjakan di situ lah."
"Kalo Pak Bupati ngasih, salah satu tujuan saya selain sehat dan bersih ya ada pekerjaan di tempat Pak Bupati," terangnya.
JS mengakui, selama tinggal di kerangkeng tidak memegang ponsel.
Akan tetapi, pihak keluarga diperkenankan untuk menjenguk pada hari Minggu atau hari libur Nasional.
JS menolak menyebut yang dialaminya adalah perbudakan.
"Saat datang, hitungan waktunya bukan menit, tapi beberapa jam. Kalau bagi saya, nyaman lah."
"Saya enggak pernah segemuk ini sebelumnya. Keluarga kan tak ada keluar biaya. Layak."
"Kalo dibilang perbudakan, enggak betul lah," bebernya.
Penghuni Tak Hanya Pecandu Narkoba
Dikutip dari Tribun Medan, fakta baru soal penghuni kerangkeng di rumah Bupati Langkat terungkap.