Kecelakaan Maut Balikpapan

Dugaan Alasan Sopir Truk Kecelakaan Maut Balikpapan Tak Banting Setir ke Kiri & Tabrak Pohon

Mengapa sopir truk tak mencoba membanting setir ke kiri dan meminimalisir korban jiwa?

Editor: Salma Fenty
HO/POLSEK BALIKPAPAN UTARA
Sopir truk tronton, Muhammad Ali (48), warga Kelurahan Telaga Sari, Kecamatan Balikpapan Kota, sudah diamankan kepolisian untuk dimintai keterangan. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Dugaan alasan sopir truk tak banting setir ke kiri dan menabrak pohon saat kecelakaan Balikpapan terjadi.

Kecelakaan maut yang terjadi di simpang Muara Rapak, Balikpapan menyisakan tanda tanya.

Mengapa sopir truk tak mencoba membanting setir ke kiri dan meminimalisir korban jiwa?

Kecelakaan beruntun di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (21/1/2022).

Diduga disebabkan truk tronton mengalami rem blong saat menuruni jalur.

Truk menabrak kendaraan lain di depannya yang sedang berhenti menunggu pergantian lampu merah.

Kejadian pada pagi sekitar pukul 06.15 Wita dilaporkan 4 orang meninggal dunia.

Dalam rekaman CCTV terlihat truk menabrak kendaraan di depannya dari belakang secara lurus dan langsung hingga kurang lebih sejauh 100 meter.

Baca juga: Daftar Nama Korban Kecelakaan Balikpapan yang Tewas, Kritis hingga Luka, Lengkap Klarifikasi Hoax

Baca juga: Rincian Jumlah Korban Tewas Kecelakaan Balikpapan, Termasuk yang Luka-luka hingga Jalani Operasi

Melihat rekaman tersebut timbul pertanyaan apa yang mesti dilakukan sopir dalam keadaan tersebut.

Padahal kalau dilihat di sebelah kiri ada jalur kosong dan pepohonan.

Suasana di lokasi kejadian simpang Rapak Balikpapan pagi ini, Jumat 21/1/2022).
Suasana di lokasi kejadian simpang Rapak Balikpapan pagi ini, Jumat 21/1/2022). (TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO)

Logika sederhana ialah sopir bisa saja menghindari tabrakan beruntun dari belakang jika berani mengambil risiko membuang badan truk ke daerah pepohonan.

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, sulit mengambil keputusan di saat genting.

Tapi hal itu juga berkaitan dengan pengalaman sang sopir.

"Ini agak susah karena berhubungan dengan jam terbang. Kalau pengemudi yang jam terbangnya tinggi dia bisa mengambil tindakan atau keputusan yang paling tidak tingkat kerugiannya kecil," kata Sony kepada Kompas.com, Jumat (21/1/1022).

Sony mengatakan, mengapa sopir lurus dan tidak mengambil tindakan buang badan itu harus ditanya ke pihak terkait.

Tapi ada dasar asumsi mengapa hal itu dilakukan.

"Ada asumsi begini, ketika dia tidak memiliki jam terbang banyak dia akan berpikir untuk mengamankan dirinya. Ada pohon ada kendaraan, pikirannya kalau nabrak pohon fatal pasti, kalau kendaraan tidak fatal. Karena kendaraan akan kalah dan bergeser," katanya seperti dilansir Kompas.com .

Karena itu kata Sony, pentingnya jam terbang sopir saat membawa kendaraan besar.

Karena dengan tingkat risiko yang besar maka tanggung jawabnya juga makin besar.

"Di sini saya bisa bilang pentingnya jam terbang yang tidak sedikit. Karena dia tidak berpikir keselamatan orang lain," katanya.

Antisipasi Rem Blong

Kecelakaan yang melibatkan banyak kendaraan ini diduga rem truk yang blong, sehingga pengemudi tidak bisa mengendalikan kendaraan hingga akhirnya menabrak enam unit mobil, dan 10 sepeda motor.

Perlu diketahui, rem truk berbeda daripada mobil kecil.

Kebanyakan truk sudah menggunakan sistem full air brake atau rem angin pada pengeremannya.

Sedangkan mobil biasa masih menggunakan rem minyak atau hidrolik.

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, sistem yang berbeda tentu membutuhkan perawatan yang berbeda pula.

“Rem truk dan rem angin membutuhkan pemeriksaan kelaikan sebelum, saat, dan setelah mengemudi,” ucap Jusri kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Detik-detik kecelakaan maut di Jalan Soekarno Hatta, Muara Rapak, Balikpapan Utara pagi ini, Jumat (21/1/2022).
Detik-detik kecelakaan maut di Jalan Soekarno Hatta, Muara Rapak, Balikpapan Utara pagi ini, Jumat (21/1/2022). (HO/Tangkapan Layar CCTV DISHUB BALIKPAPAN)

Sebelum mengemudi truk dengan rem angin, maka setiap pagi mereka harus memeriksa air brake check.

Diperhatikan slack adjuster di chamber untuk memastikan keseimbangan distribusi angin ke masing-masing roda.

Pengemudi harus membuang angin dari air tank sebelum menghidupkan mesin.

Ini harus dilakukan setiap hari karena udara yang ada di tangki akan menjadi air di pagi hari.

Jika dibiarkan bisa jadi angin palsu yang membuat kemampuan rem berkurang.

“Kemudian periksa apakah ada kebocoran, lalu nyalakan mesin selama satu menit, seharusnya udara di tangki sudah kembali terisi. Sebelum jalan, periksa dengan menginjak rem, memastikan bekerja atau tidak,” kata dia.

Saat mengemudi, rem kaki pada truk atau service brake sebaiknya jangan terus digunakan.

Manfaatkan rem lain seperti exhaust brake, engine brake dan retarder untuk mengurangi laju kendaraan.

Menurut Jusri, tujuan menggunakan exhaust brake bukan untuk menghentikan kendaraan, tetapi mengurangi lajunya.

Sehingga kerja service brake tidak bekerja terlalu berat.

“Karena jika sering digunakan, bisa mengalami panas berlebih dan akan menjadi penurunan performa rem atau brake fading,” katanya.

Adapun ketika kendaraan selesai bertugas, ada kebiasaan buruk dari pengemudi untuk mendinginkan rem, yaitu disiram dengan air.

Padahal ini bisa menyebabkan konstruksi rem akan rusak.

“Kemudian lakukan post driving check. Pastikan kondisi kendaraan itu laik, cek selang angin dan lainnya. Kemudian pengemudi juga harus buang angin yang ada di tangki agar tidak terjadi penumpukan,” ucap Jusri.

Selain itu, Jusri menyarankan, jika tangki udara kosong pada truk yang full air brake rem akan mengunci sehingga tidak bergerak kemana-mana, jadi lebih aman. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved