70 Orang Pendaki Ditelantarkan Guide Gunung Rinjani asal Bogor, TNGR Buru Pelaku
Pria berinisial ER, seorang guide atau pemandu pendakian Gunung Rinjani asal Bogor, Jawa Barat dikabarkan menelantarkan 70 orang pendaki.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLomnbok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Pria berinisial ER, seorang guide atau pemandu pendakian Gunung Rinjani asal Bogor, Jawa Barat dikabarkan menelantarkan 70 orang pendaki.
Pria tersebut meninggalkan seluruh anggota rombongan di rumah singgah Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
ER beserta rombongan dikabarkan turun dari Gunung Rinjani, Kamis (30/12/2021) sore. Setelah itu dia meminjam motor warga untuk pergi ke ATM.
Setelah ditunggu cukup lama, sang guide tidak kunjung kembali.
Pemilik motor bernama Riyal pun mencarinya dan hanya menemukan motor Honda Vario di pinggir jalan Desa Sembalun Lawang. Sementara ER tidak ditemukan di lokasi.
Informasi yang didapatkan TribunLombok.com, ER membawa para pendaki dari daerah Sumatera, Jakarta, dan Bandung. Jumlah pendaki sekitar 70 orang.
Baca juga: 2021, Gangguan Keamanan di Provinsi NTB Turun 21 Persen
Para tamu tersebut ditinggalkan ER di rumah singgah Sembalun Rinjani. Seluruh rombongan yang ditinggalkan kebingunan, terlebih sebagian tamu dalam kondisi sakit.
Di samping itu, kartu identitas para pendaki dibawa sama pemandu ER, bahkan porter belum dia bayar.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Dedy Asriady yang dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut.
Tapi kasus tersebut tidak pernah dilaporkan para pelaku ke pos TNGR, polisi, atau pemerintah desa setempat.
TNGR baru mengetahui kasus tersebut setelah ribut di media sosial.
”Ini laporannya baru masuk semua, itu sudah kita tahu siapa TO (Trekking Organizer), di aplikasikan sudah kita tahu TO-nya, awal Januari kita akan panggil untuk mempertanggungjawabkan,” katanya.
Setelah ditelusuri pendakian tersebut juga merupakan pendakian paket murah. Karena itu, TO akan dipanggil untuk diminta bertanggungjawab.
”Kami tidak ingin kasus seperti itu terulang kembali,” katanya.