Tak Diberi Uang untuk Perbaiki Motor, Duda di Riau Aniaya Ibunya, Polisi: Pelaku Sering Pukul Korban
Seorang anak di Riau ngamuk dan aniaya ibunya karena tak diberi uang untuk perbaiki motor.
TRIBUNLOMBOK.COM - Kasus penganiayaan terjadi di daerah Riau.
Pelakunya adalah seorang pria berinisial SS alias AR (22).
Ironisnya, korban penganiayaan adalah ibu kandung pelaku sendiri.
Korban berinisial PP alias OK (58).
Kini, kasus tersebut telah ditangani oleh aparat kepolisian.
Polisi juga telah mengungkap fakta baru terkait penganiayaan tersebut.
Baca juga: Viral Video Siswi SD Dianiaya 8 Orang di Kota Malang, Ternyata Korban Rudapaksa, Simak Faktanya
Baca juga: Suami di Tegal Diduga Aniaya Istri Hingga Tewas, Polisi: Kami Harap Segera Menyerahkan Diri

Rupanya, pelaku sudah sering menganiaya ibu kandungnya.
Peristiwa itu terjadi di Desa Sungai Simpang Dua, Kecamatan Kampar Kiri Hilir, Kabupaten Kampar, Riau.
Terakhir, pelaku memukul ibunya karena tak diberi uang.
Kapolsek Kampar Kiri Hilir AKP Asdisyah Mursid membenarkan peristiwa tersebut.
Baca juga: Tak Kerjakan Tugas, Siswa SMP di Alor Dianiaya Guru Hingga Masuk RS, Meninggal 2 Hari Seusai Dirawat
Ia mengatakan, pelaku awalnya meminta uang kepada Ibunya, namun tidak diberikan.
"Pelaku minta kepada Ibunya untuk memperbaiki sepeda motornya yang rusak.
Namun, Ibunya tidak memberi uang sehingga pelaku marah," kata Asdisyah kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Selasa (23/11/2021).
Ia menyebutkan, pelaku tinggal berdua bersama Ibunya. Ayahnya sudah meninggal dunia.
Pelaku berstatus duda itu memiliki dua orang saudara.
Namun, sang kakak bekerja di Papua.
"Selama ini, pelaku sering berkelahi sama Ibunya.
Terakhir, pelaku marah dan memukul Ibunya, karena tidak diberi uang untuk perbaiki sepeda motor," sebut Asdisyah.
Menurut Asdisyah, pelaku AS sudah ditangkap dan dijerat dengan Pasal 44 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dengan ancaman 5 tahun penjara.
"Pelaku juga dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan, dengan ancaman 5 tahun penjara," kata Asdisyah seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Anak yang Pukul Kepala Ibunya Ternyata Sudah Sering Menganiaya".
Kasus Penganiayaan Lainnya
Kasus penganiayaan berujung pembunuhan terjadi di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
Korbannya adalah seorang siswa SMP berinisial MM.
Ia tewas setelah dianiaya gurunya sendiri.
Remaja berusia 13 tahun itu sempat menjalani perawatan medis selama dua hari.
Namun, nyawanya tidak tertolong.
Ia mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kalabahi, Alor.
Baca juga: Kakaknya Dituding Aniaya & Hina Ibu Gigi Hadid, Adik Zayn Malik: Karma Akan Datang ke Semua Orang
Baca juga: Murid SD Pindahan di Musi Rawas Diduga Dianiaya 4 Teman, Korban Alami Luka Fatal di Leher dan Koma

MM meninggal dunia pada 26 Oktober 2021.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Alor AKBP Agustinus Christmas.
Ia membeberkan bahwa oknum guru tersebut berinisial SK (40).
Menurutnya, pelaku merupakan guru mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah tersebut.
Baca juga: Tak Kerjakan Tugas, Siswa SMP di Alor Dianiaya Guru Hingga Masuk RS, Meninggal 2 Hari Seusai Dirawat
Penganiayaan yang diduga dilakukan SK terjadi selama tiga waktu, yakni 4 Oktober 2021, 11 Oktober 2021, dan 18 Oktober 2021.
Agustinus menyampaikan, berdasarkan hasil visum et repertum dari Puskesmas Lantoka, yang menjadi lokasi awal korban diperiksa, terdapat beberapa tanda bekas luka di tubuh MM.
Guru ditetapkan jadi tersangka
Polisi telah memeriksa sembilan saksi terkait kasus ini.
Mereka adalah SK, pelapor berinisial ZL, lima siswa yang merupakan teman korban, dan orangtua korban.
"Dan orang yang mendampingi orangtua korban saat mengantarkan korban ke Puskesmas," ucap Agustinus, Kamis (11/11/2021).
Kini, polisi sudah menetapkan SK sebagai tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan yang mengakibatkan seorang siswa tewas.
Baca juga: Guru yang Diduga Pukul Muridnya hingga Tewas di Alor Resmi Jadi Tersangka
Tersangka akui lakukan penganiayaan

Agustinus menyampaikan, tersangka telah mengakui perbuatannya.
"Modus operandi tersangka (SK) yaitu, tersangka marah dan tidak terima dengan korban karena tidak membawa fotokopi modul Bahasa Inggris," ujarnya, Sabtu (13/11/2021).
Selain itu, tersangka melakukan penganiayaan lantaran korban tidak bisa memperkenalkan diri menggunakan bahasa Inggris saat pelajaran.
"Kemudian alasan lainnya, tersangka marah karena korban tidak masuk sekolah tanpa keterangan," ungkapnya.
Kata Agustinus, penganiayaan tidak hanya terjadi terhadap MM, tetapi juga beberapa teman korban.
Tersangka dijerat sejumlah pasal
Atas perbuatannya, tersangka dijerat sejumlah pasal.
Pasal 80 Ayat 1 juncto Pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti UU Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juncto Pasal 65 Ayat 1 KUHP atau Pasal 351 Ayat 1 KUHP juncto Pasal 65 Ayat 1 KUHP.
"Yang kita gunakan ini pasal alternatif. Kasus ini lex spesialis menggunakan UU Perlindungan Anak," jelasnya, 3 November 2021.
Agustinus menerangkan, mengenai penetapan status tersangka SK, polisi memasukkan lex spesialis pasal dalam UU Perlindungan Anak atau Pasal 351 KUHP.
Baca juga: Diduga Kesal Gambar Tak Muncul Saat Zoom Meeting, Kapolres Nunukan Aniaya Anggota, Videonya Viral!
Khusus untuk UU Perlindungan Anak, ancaman hukumannya 3 tahun 6 bulan penjara. Lalu, Pasal 351 KUHP ancaman hukumannya 2 tahun 8 bulan penjara.
"Namun, sesuai Pasal 21 KUHAP bahwa kasus 351 meskipun ancaman hukuman di bawah lima tahun, pengecualian tersangka SK dapat ditahan," imbuhnya.
Artikel lainnya terkait penganiayaan
(Kompas/ Kontributor Pekanbaru, Idon Tanjung)