Mahasiswa UNS Tewas Saat Diklat Menwa: Pengakuan Keluarga, Panitia Acara, Hingga Dugaan Penyebab

Berikut deretan fakta terkait kasus mahasiswa UNS yang meninggal dunia saat mengikuti diklat Menwa.

Penulis: Irsan Yamananda | Editor: Salma Fenty
TribunSolo/ Septiana Ayu
Jenazah GE yang meninggal saat diklat Menwa UNS di rumah duka Dusun Keti, Desa Dayu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Senin (25/10/2021). 

Berdasarkan keterangan mereka, Gilang sempat mengeluhkan kaki  keram dan sakit punggung.

Gejala itu ia keluhkan sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Gilang sempat mengeluhkan kakinya keram dan sakit punggung.

Hal itu disampaikan Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS Solo Sutanto dalam konferensi pers di lantai dua Rektorat UNS Solo, Selasa (26/10/2021).

Sutanto mengatakan diklatsar diikuti sebanyak 12 orang peserta. Kegiatan ini dilaksanakan mulai Sabtu (23/10/2021) dan berakhir pada Minggu (31/10/2021).

Baca juga: HEBOH Bayi Laki-Laki Dibuang ke Kuburan Desa Selong Belanak Lombok Tengah

"Berdasarkan apa yang kami ketahui di mana kami sumbernya dari pengakuan pihak panitia.

Jadi benar bahwa kegiatan itu dilakukan mulai tanggal 23 Oktober 2021," kata Sutanto.

Kegiatan pertama diklatsar dimulai dari penyambutan pukul 06.00 WIB sampai dengan kegiatan berakhir pukul 23.00 WIB.

"Itu berkegiatan di sekitar kampus.

Penyambutan ada di markas.

Kemudian bergerak menuju GOR kampus, mushala Fakultas Teknik, lalu ke jembatan danau itu.

Itu kegiatan yang kami lihat secara posisi letaknya," terang dia.

Kemudian, lanjut dia, korban pernah menyampaikan kepada panitia kakinya keram.

Pihak panitia lalu mencarikan pendamping terhadap korban.

Baca juga: Kronologi 9 Siswa SMK di Cianjur Aniaya Pelajar Lain, Korban Ditabrak Pakai Motor Sebelum Dikeroyok

"Yang bersangkutan (alamarhum) pernah menyampaikan pada tanggal 23 Oktober 2021, ada kakinya yang keram.

Itu oleh pihak Menwa dicarikan pendamping.

Nah itu kejadian di tanggal 23 Oktober.

Artinya belum ada tanda-tanda secara fisik ada kelelahan dan sebagainya.

Tetapi memang menurut pengakuan dari panitia, kakinya keram.

Dan sudah didampingi oleh salah satu panitia," ungkap Sutanto.

Kegiatan hari kedua pada Minggu (24/10/2021) dimulai setelah Subuh dengan aktivitas senam senjata.

Dilanjutkan apel pagi dan mulai kegiatan diselenggarakan di luar kampus.

"Yaitu berkegiatan di Jembatan Jurug. Jembatan yang kecil itu.

Kegiatan itu adalah meluncur menggunakan tali. Setelah kegiatan selesai, balik ke kampus," kata dia.

Ketika kembali ke kampus, korban mengeluhkan sakit pada punggungnya.

Terus kemudian, pada pukul 14.00 WIB korban mendapatkan perawatan dengan cara dikompres kepalanya.

Sempat ada informasi korban mengalami kesurupan.

Namun, kata Sutanto dari informasi panitia korban tidak mengalami kesurupan.

"Statement ini, apakah keluar dari pihak panitia, atau memang dari orang-orang sekitar.

Yang bersangkutan (almarhum) tidak sadar dan mengigau akhirnya berkata-kata dalam kondisi tidak sadar.

Itu yang terus kemudian kelanjutannya dari pengakuan pihak panitia sampai pukul 21.00 WIB lebih sedikit," katanya.

Melihat kondisi korban yang tidak sadar, pihak pantia pun kemudian berinisiatif untuk membawa korban ke RSUD Dr Moewardi Solo.

"Inisiatif mereka untuk membawa ke rumah sakit.

Di sini, tertulis pukul 22.05  WIB itu yang bersangkutan di dalam mobil dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Pengakuan dari pihak panitia, kok sudah tidak bernapas.

Sampai ke rumah sakit Moewardi, memang benar sudah dinyatakan meninggal dunia.

Itu kronologis yang kami tahu dari pengakuan panitia yang pada hari Senin pukul 07.15 WIB," terang dia seperti dikutip dari Kompas.com.

Polda Jateng: Diduga Tewas Akibat Pukulan di Kepala

Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy. (KOMPAS.com/polda jateng)

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jateng Kombes M Iqbal Alqudusy mengatakan, ada dugaan Gilang tewas karena pukulan di kepala.

"Korban terkena beberapa pukulan di bagian kepala," katanya, Selasa (26/10/2021).

Dugaan tersebut diketahui dari hasil otopsi jenazah Gilang.

Akibat dari pukulan di kepala itu, Gila mengalami penyumbatan di otak.

Sehingga dia meninggal dunia.

Otopsi jenazah juga menunjukkan ada beberapa tanda kekerasan di tubuh Gilang.

Baca juga: Cari Unsur Kelalaian di Tragedi Susur Sungai Ciamis, Polisi: Kami Tak Menyebut Tidak Ada Tersangka

"Untuk berapa titik (kekerasan) saya belum bisa sebutkan," tutur Iqbal.

Iqbal juga menyebutkan, hasil otopsi jenazah Gilang bakal disampaikan secara resmi dalam pekan ini.

Artikel lainnya terkait dugaan penganiayaan

(TribunLombok/ TribunSolo/ Tribunnews/ Kompas)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved