Gempa Bumi di NTB

Tiga Tahun Gempa Lombok, BMKG: Momentum Perkuat Mitigasi dan Kesiapsiagaan

Gempa tektonik dengan magnitudo 7.0 yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), 5 Agustus 2018, menjadi pelajaran berarti bagi masyarakat NTB

TribunLombok.com/Sirtupillaili
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Gempa tektonik dengan magnitudo 7.0 yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), 5 Agustus 2018, menjadi pelajaran berarti bagi masyarakat NTB.

Meski meninggalkan duka dan luka, tapi gempa tersebut menyadarkan warga agar tidak lengah.

”Sebuah pembelajaran bahwa kita tinggal di daerah rawan gempa bumi dan tsunami, sehingga perlu kesiapsiagaan dan mitigasi,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi, pada TribunLombok.com, Kamis (5/8/2021).   

Kesadaran masyarakat tinggal di daerah rawan gempa sangat penting dalam proses mitigasi.

Baca juga: Warga Mengenang 3 Tahun Gempa Lombok, Salwidah: Rasanya Seperti Mau Kiamat

Dengan begitu warga punya sikap siaga ketika bencana besar seperti gempa dan tsunami terjadi lagi.

Setelah gempa dan rekonstruksi, tugas selanjutnya membangun kapasitas respons dari masyarakat terhadap gempa bumi dan tsunami.

RUMAH TAHAN GEMPA: Salwidah, salah satu korban gempa di Desa Dopang, Lombok Barat menggendong cucunya di depan rumah yang dibangun pascagempa 2018, Kamis (5/8/2021).
RUMAH TAHAN GEMPA: Salwidah, salah satu korban gempa di Desa Dopang, Lombok Barat menggendong cucunya di depan rumah yang dibangun pascagempa 2018, Kamis (5/8/2021). (TribunLombok.com/Sirtupillaili   )

”Serta selalu mengupdate informasi yang tepat dari BMKG, agar masyarakat siap selamat, NTB tangguh dan Indonesia tumbuh,” ujarnya.

Mitigasi gempa saat ini sudah dilakukan secara masif dan terus menerus.

Baca juga: Gempa di NTB Tak Pernah Berhenti, BMKG Imbau Warga Tenang dan Waspada

”Ini menjadi momentum bagus untuk dipertahankan,” katanya.

Ardhianto menambahkan, gempa Lombok 3 tahun lalu itu terjadi akibat sumber backarc thrust atau zona patahan naik sumber belakang di utara pulau Lombok.

”Kejadiannya (gempa) bisa lama karena kekuatan gempa besar dan diikuti rangkaian gempa susulan,” katanya.

Hal itu mengakibatkan terjadinya rangkaian gempa besar dari segmen-segmen di sesar tersebut, sehingga terjadi lima kali gempa besar.

”Setiap segemen gempa punya karakteristik masing-masing,” katanya.

Gempa besar pernah pernah terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh, Palu, dan lainnya.

Tapi di NTB gempa yang dirasakan warga berlangsung cukup lama.

Menurut Ardhianto, potensi gempa besar terjadi lagi pasti ada. Tapi perkiraan kapan waktu terjadinya tidak ada yang bisa memprediksi.

”Momentum gempa bumi Lombok inilah yang menjadi penting agar kita selalu mempunyai kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa di daerah kita,” imbuhnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved