Fakta Terkait Long Covid, Pasien yang Belum Sembuh Meski Sudah Berbulan-bulan Terinfeksi
Akan tetapi, ada puluhan ribu orang yang terus mengalami gejala berbulan-bulan setelah pertama kali dinyatakan terinfeksi Covid-19.
TRIBUNLOMBOK.COM - Awalnya, kita telah tahu bagaimana virus corona bekerja, virus akan menyerang pernapasan dimana pasien akan pulih satu atau tiga minggu.
Akan tetapi, ada puluhan ribu orang yang terus mengalami gejala berbulan-bulan setelah pertama kali dinyatakan terinfeksi Covid-19.
Gejala Covid-19 yang berkepanjangan itu diberinama "Long Covid."
National Institute for Health Research (NIHR) baru saja merilis laporan yang menunjukkan bahwa Long Covid mungkin bukan satu sindrom tunggal, melainkan ada empat sindrom berbeda, yang mungkin dialami beberapa pasien secara bersamaan.
Baca juga: 3 Provinsi Indonesia Ini Butuh Penanganan Covid-19 secara Serius
Baca juga: Para Atlet Top Dunia Terinfeksi Covid-19, Terbaru Rossi dan Ronaldo, Siapa yang Sudah Sembuh?
Dilansir The Guardian, inilah fakta-fakta penting yang harus diketahui tentang Long Covid.
1. Berbagai macam gejala
Subtipe Covid yang bertahan lama yang diidentifikasi oleh NIHR yaitu:
- Pasien yang mengalami efek setelah perawatan intensif;
- Pasien yang mengalami kelelahan pasca-virus;
- Pasien dengan kerusakan organ yang bertahan lama; dan
- Pasien dengan gejala berfluktuasi yang bergerak ke seluruh tubuh.
"Kami percaya bahwa istilah Long Covid digunakan sebagai penampung semua untuk lebih dari satu sindrom, mungkin hingga empat," kata Dr Elaine Maxwell, penulis utama laporan NIHR.
Namun, Prof Danny Altmann, ahli imunologi di Imperial College London, memperingatkan bahwa mempersempit Long Covid menjadi hanya empat sindrom mungkin terlalu sederhana.

Pulih dari ICU
Pasien yang dipulangkan dari rumah sakit seringkali hanyalah awal dari proses pemulihan yang panjang.
Banyak pasien Covid-19 yang dirawat lama di perawatan intensif menjadi terlalu lemah untuk duduk atau bahkan mengangkat lengannya sendiri.
Beberapa bahkan mungkin kesulitan untuk berbicara atau menelan.
Mereka mungkin juga terpengaruh oleh depresi atau gangguan stres pascatrauma.