“Saat bagi-bagi buku anak-anak sampai ngikutin,” tambah mahasiswa Universitas Mataram ini.
Ditampar Kenyataan
Bagi mereka, membagi buku ke desa-desa pelosok cukup mudah, tidak terbentur izin tertulis dan administrasi.
“Kita datang diterima, mereka senang sekali, walaupun kita bawa (buku) gak bawa. Kepala sekolah dan guru berterimakasih banget,” ucapnya.
Elva Yunita mengaku ikut bersama kakak karena panggilan hati.
Apalagi dia dapat kuliah di kampus ternama, Universitas Indonesia (UI).
Dia mengaku jalan kehidupannya berjalan lancar dan baik-baik saja namun dia merasa miris dengan kenyataan yang dialami masyarakat di daerah tertinggal, terdepan terluar (3T).
“Kalau sekali ngopi di Jabodetabek kan Rp 30 sampai Rp 40 (ribu), kalau beli buku bisa dapat selusin ketika dibagikan dan menyenangkan rasanya saat dibagikan,” kata Elva.
Dia sedih ketika melihat masyarakat di wilayah 3T yang juga memiliki mimpi-mimpi, namun tidak memiliki akses.
“Merasa berdosa aja, enak banget aku di sini, di luar sana sangat membutuhkan,” ucap mahasiswi FEB UI ini.
(*)