Pemuda Inspiratif dari Lombok

Kisah Kakak Beradik dari Lombok Timur Keliling Indonesia untuk Bagi-bagi Buku

Penulis: Toni Hermawan
Editor: Wahyu Widiyantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BAGI BUKU - Kolase foto Rizaldi Mujahid (kanan) dan Elva Yunita membagikan buku-buku kepada siswa. Kakak beradik asal Desa Kotaraja, Kecamatan Sikur, Lombok Timur keliling ke Indonesia Timur membagikan buku.

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Rizaldi Mujahid (22) dan Elva Yunita (21),  membagikan buku-buku ke pelosok Indonesia.

Kakak beradik asal Desa Kotaraja, Kecamatan Sikur, Lombok Timur ini menempuh perjalanan laut dengan membawa buku-buku dari Pulau Lombok. 

Mujahid menceritakan, perjalanan bersama sang adik dimulai pada Juni 2025 saat libur kuliah.

Keduanya menempuh rute Lombok, Sumbawa, Surabaya, Makassar, Maros, Pare-Pare, Pinrang,  Makale, Toraja, Palopo, Masamba, Luwu Timur, Poso, Ampana, Bunta, Luwuk, Banggai, Bau-Bau, Namlore, Wanci, Maluku, Pulau Buru, Ambon, Banda Niera, Pulau Hatta, Pulau Naikala, Pulau Banda Api, Labuhan Bajo, Manggarai Barat, Lembor, Dintor, Waerebo, Sumba Barat, Sumba Timur, Nusa  Tenggara Timur (NTT) selanjutnya kembali ke Pulau Lombok.

“Kita satu kota ke kota lain, biasa tiga sampai empat hari,” kata Mujahid kepada TribunLombok.com, Senin (11/8/2025).

Baca juga: Reza Rahadian Rayakan 20 Tahun Berkarya dengan Meluncurkan Buku Mereka Yang Pertama

Rogoh Kocek Pribadi

Buku dibelinya dari kantong pribadi demikian juga dengan biaya perjalanannya tanpa bantuan sponsor.

Sambil membagikan buku, mereka merekam kisah hidup masyarakat yang  dan mengabadikannya dalam buku.

“Kita libur kuliah (lakukan perjalanan),  mungkin bakal ekspedisi lagi bulan  Desember ke Papua,” akunya.

Mujahid bersama sang adik pun bekerja di Lombok untuk mengumpulkan biaya perjalanan.

Bahkan pengalaman saat dari Labuhan Bajo-Kayangan, uang hanya tersisa Rp 50 ribu. 

Namun saat itu mereka beruntung karena naik kapal gratis. 

“Uang tinggal 50 jadi pas buat bayar engkel aja,” kata Mujahid mengenang perjalanannya. 

Di tengah perjalanan, mereka mendapatkan pengalaman haru.

Warga menyambut dengan hangat. Anak yang mendapatkan buku pun bangga.

“Saat bagi-bagi buku anak-anak sampai ngikutin,” tambah mahasiswa Universitas Mataram ini.

Ditampar Kenyataan

Bagi mereka, membagi buku ke desa-desa pelosok cukup mudah, tidak terbentur izin tertulis dan administrasi.

“Kita datang diterima, mereka senang sekali, walaupun kita bawa (buku) gak bawa. Kepala sekolah dan guru berterimakasih banget,” ucapnya.

Elva Yunita mengaku ikut bersama kakak karena panggilan hati.

Apalagi dia dapat kuliah di kampus ternama, Universitas Indonesia (UI).  

Dia mengaku jalan kehidupannya berjalan lancar dan baik-baik saja namun dia merasa miris dengan kenyataan yang dialami masyarakat di daerah tertinggal, terdepan terluar (3T). 

“Kalau sekali  ngopi di Jabodetabek kan Rp 30 sampai Rp 40 (ribu), kalau beli buku bisa dapat selusin ketika dibagikan dan menyenangkan rasanya saat dibagikan,” kata Elva.

Dia sedih ketika melihat masyarakat di wilayah 3T yang juga memiliki mimpi-mimpi, namun tidak memiliki akses.

“Merasa berdosa aja, enak banget aku di sini, di luar sana sangat membutuhkan,” ucap mahasiswi FEB UI ini. 

(*)

Berita Terkini