Mama Dede sendiri diketahui menjual nasi campur, nasi goreng, berbagai jenis minum-minuman hingga jasa surfing.
Mama Dede berjualan di bawah pohon atau mendirikan warung darurat pasca dilakukan pengosongan lahan ITDC.
Ia melakukan bongkar pasang warungnya.
Ia mulai membuka warung pada pagi hari jam 08.00 WITA kemudian pulang sekitar pukul 18.00 WITA.
Mama Dede setuju untuk dipindahkan ke amenity core seperti yang telah dijanjikan oleh ITDC.
Namun, Warga Gerupuk ini mengaku belum mengetahui dan belum didata oleh ITDC terkait lapak yang akan ia tempati pasca dilakukan penggusuran.
"Saya ndak ngerti. Saya juga belum nanya, sudah didata atau belum saya belum nanya. Digusur ya digusur, ndak pernah nanya. Kalau dikasih ya Alhamdulillah," jelas Mama Dede.
Mema Dede mengaku ingin sekali menempati lapak amenity core.
Terlebih jika terus menempati warung darurat ia sewaktu-waktu bisa kehujanan dan kepanasan.
Hingga saat ini, Mama Dede mengaku masih memakai tiga orang karyawan dari sebelumnya empat orang.
Mama Dede merasa kasihan jika mereka harus dipecat atau di lepas sehingga memilih untuk membuat warung darurat.
"Anak buah saya itu sebelumnya ada empat tapi yang masih cuma tiga dengan gaji Rp 2,5 juta per orang. Walaupun di bawah pohon begini tapi Alhamdulillah mereka mau. Mereka juga mau kerja di mana," ungkap Mama Dede.
Tiga orang karyawan Mama Dede berasal dari tiga daerah berbeda yaitu Jawa Timur, Lombok Timur dan Desa Gapura Lombok Tengah.
(*)